Posted by : Unknown
Thursday 23 January 2014
Assalamualaikum sobat semua..
Sejarah Balai Pustaka atau Angkatan 20
Alasan mengapa dinamakan Angkatan Balai Pustaka
adalah, karena penerbit yang paling banyak menerbitkan buku-buku sastra
pada masa itu adalah Penerbit Balai Pustaka. Selain itu, Balai Pustaka
juga banyak menerbitkan buku-buku sastra daerah yang tersebar di
Indonesia.
Balai Pustaka berawal dari komisi pemerintahan Kolonial Belanda yang
ingin memberikan bacaan buat para pribumi dan bacaan Rakyat. Balai
Pustaka muali dibentuk pada 14 September 1908, pada awal pembentukannya,
Balai Pustaka Masih bernama awal Commissie Voor De Inlandsche en
Volkslecturr yang di ketuai oleh Dr. G.A.J. Hazeu. Balai Pustaka resmi
di buka sesudah mendapatkan keputusan dari Gubernemen. Sejak saat itu,
Balai Pustkana mulai memproduksi bacaan-bacaan yang memiliki unsur moral
dan budaya. Sejak saat itu juga muncul berbagai sastrawan yang
menerbitkan karya-karyanya Melalui Balai Pustaka. Pada tahun 1917, Nama
Balai Pustaka resmi digunakan untuk mengganti nama lama yang masih
menggunakan Bahasa Belanda.
Tujuan utama didirikannya Balai Pustaka adalah untuk menyingkirkan
bacaan-bacaan sastra Melayu Rendah yang kental dengan kisah Cabul, dan
mayoritas isinya menyinggung pemerintahan dan memiliki unsur politis
tertentu. Balai Pustaka juga mendirikan Komisi Bacaan Rakyat, yang
bertujuan untuk menghanyutkan rakyat Indonesia ke dalam perintah Belanda
melalui tulisan-tulisan atau buku-buku yang menguntungkan pihak
Belanda. Selain itu, Belanda juga menerjemahkan beberapa Sastra Eropa ke
Bahasa Indonesia, agar rakyat Indonesia melupakan identitas dan
informasi bangsanya sendiri.
Balai pustka juga mengontrol bacaan-bacaan liar yang diterbitkan oleh
berbagai penerbit lain, yang dirasa menyinggung pihak Belanda.
Berdirinya balai Pustaka sudah menutupi karya-karya yang diterbitkan
oleh penerbit Swasta. Untuk menjaga agar buku-buku Balai Pustaka tetap
pada peraturan Belanda. Balai Pustaka memberlakukan Sensor Nota Rinkes
kepada setiap karya-karya yang akan di publikasikan. Hal ini dilakukan
untuk mencegah adanya karya yang menyinggung pihak belanda. Oelh karena
itu, buku-buku terbitan Balai Pustaka cenderung menampilkan tokoh-tokoh
yang karikatur.
Usaha Balai Pustaka menerbitkan buku-buku bacaan mencapaikemajuan yang
sangat pesat. Semenjak tahun 1911 pemerintahmenyelenggarakan
perpustakaan. Karena Balai Pustaka sebagai BadanPenerbitan dan Pusat
Kasusastraan menerima naskah karangan yang banyak sekali, maka
petugas-petugas di Balai Pustaka mulai mengadakan penyaringandan
seleksi. Cara demikian ada baiknya sebab dengan demikian
pengarangmendapat bimbingan dalam hal karang-mengarang tetapi juga ada
seginegatifnya sebab isi karangan sering harus disesuaikan dengan
syarat-syaratyang telah ditetapkan oleh pemerintah jajahan.
1.Tidak boleh menyinggung agama atau adat, dalam arti dapatmenimbulkan rasa kecewa atau permusuhan diantara salah satu golongan.
2.Tidak boleh membicarakan politik yang bertentangan dengan politik pemerintah (penjajah).
3.Tidak boleh melanggar garis susila.
Sastrawan yang menerbitkan karyanya di Balai Pustaka kebanyakan dari
Sumatra. Sehingga karya-karyanya angkatan Balai Pustaka kebanyakan
menggunakan Bahasa Melayu, namun ada juga karya yang menggunakan bahasa
Jawa dan Sunda. Angkatan Balai Pustaka juga dikenal sebagai angkatan 20,
karena Balai Pustka berpijak pada kultur Indonesia abad 20. Sastra
Balai Pustaka sebenarnya adalah “sastra daerah”, bukan saja dalam arti
menggunakan bahasa daerah tetapi juga menggarap tema – tema kedaerahan,
bisa dilihat dari karya – karya yang lahir pada saat itu. Zaman
keemasan Balai Pustaka sekitar tahun 1948 hingga pertengahan tahun 50-an
ketika dipimpin oleh K.St. Pamoentjak dan mendominasi penerbitan buku –
buku sastra dan sejumlah pengarang Indonesia bermunculan seperti
H.B.Jassin, Idrus, M.Taslim, dan lain – lain.
Tag : Sejarah Balai Pustaka
Tentang Saya
Powered by Blogger.