Posted by : Unknown
Thursday, 27 August 2015
Bahan Ajar Kelompok Sosial
(Sumber Buku Pengatar Sosiologi Soerjono Soekanto)
A. Pengertian Kelompok Sosial
Secara sosiologis pengertian kelompok sosial adalah suatu kumpulan orang-orang yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain dan dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Disamping itu terdapat beberapa definisi dari para ahli mengenai kelompok sosial.
Menurut Josep S Roucek dan Roland S Warren kelompok sosial adalah suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan
B. Proses Terbentuknya Kelompok Sosial
Menurut Abdul Syani, terbentuknya suatu kelompok sosial karena adanya naluri manusia yang selalu ingin hidup bersama. Manusia membutuhkan komunikasi dalam membentuk kelompok, karena melalui komunikasi orang dapat mengadakan ikatan dan pengaruh psikologis secara timbal balik. Ada dua hasrat pokok manusia sehingga ia terdorong untuk hidup berkelompok, yaitu:
1. Hasrat untuk bersatu dengan manusia lain di sekitarnya
2. Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya
C. Syarat Terbentuknya Kelompok Sosial
Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama dan saling berinteraksi. Untuk itu, setiap himpunan manusia agar dapat dikatakan sebagai kelompok sosial, haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa dia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada kesamaan faktor yang dimiliki anggota-anggota kelompok itu sehingga hubungan antara mereka bartambah erat. Faktor-faktor kesamaan tersebut, antara lain
a. Persamaan nasib
b. Persamaan kepentingan
c. Persamaan tujuan
d. Persamaan ideologi politik
e. Persamaan musuh
3. Kelompok sosial ini berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
4. Kelompok sosial ini bersistem dan berproses.
D. Macam-Macam Kelompok Sosial
1. Klasifikasi Tipe-tipe Kelompok Sosial
Menurut Soerjono Soekanto dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Berdasarkan besar kecilnya anggota kelompok
Menurut George Simmel, besar kecilnya jumlah anggota kelompok akan memengaruhi kelompok dan pola interaksi sosial dalam kelompok tersebut. Dalam penelitiannya, Simmel memulai dari satu orang sebagai perhatian hubungan sosial yang dinamakan monad. Kemudian monaddikembangkan menjadi dua orang atau diad, dan tiga orang atau triad, dan kelompok-kelompok kecil lainnya. Hasilnya semakin banyak jumlah anggota kelompoknya, pola interaksinya juga berbeda.
b. Berdasarkan derajat interaksi dalam kelompok
Derajat interaksi ini juga dapat dilihat pada beberapa kelompok sosial yang berbeda. Kelompok sosial seperti keluarga, rukun tetangga, masyarakat desa, akan mempunyai kelompok yang anggotanya saling mengenal dengan baik (face-to-face groupings). Hal ini berbeda dengan kelompok sosial seperti masyarakat kota, perusahaan, atau negara, di mana anggota-anggotanya tidak mempunyai hubungan erat.
c. Berdasarkan kepentingan dan wilayah
Sebuah masyarakat setempat (community) merupakan suatu kelompok sosial atas dasar wilayah yang tidak mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu. Sedangkan asosiasi (association) adalah sebuah kelompok sosial yang dibentuk untuk memenuhi kepentingan tertentu.
d. Berdasarkan kelangsungan kepentingan
Adanya kepentingan bersama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terbentuknya sebuah kelompok sosial. Suatu kerumunan misalnya, merupakan kelompok yang keberadaannya hanya sebentar karena kepentingannya juga tidak berlangsung lama. Namun, sebuah asosiasi mempunyai kepentingan yang tetap.
e. Berdasarkan derajat organisasi
Kelompok sosial terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang terorganisasi dengan rapi seperti negara, TNI, perusahaan dan sebagainya. Namun, ada kelompok sosial yang hampir tidak terorganisasi dengan baik, seperti kerumunan.
Secara umum tipe-tipe kelompok sosial adalah sebagai berikut.
a. Kategori statistik, yaitu pengelompokan atas dasar ciri tertentu yang sama, misalnya kelompok umur.
b. Kategori sosial, yaitu kelompok individu yang sadar akan ciri-ciri yang dimiliki bersama, misalnya HMI (Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia).
c. Kelompok sosial, misalnya keluarga batih (nuclear family)
d. Kelompok tidak teratur, yaitu perkumpulan orang-orang di suatu tempat pada waktu yang sama karena adanya pusat perhatian yang sama. Misalnya, orang yang sedang menonton sepak bola.
e. Organisasi Formal, yaitu kelompok yang sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditentukan terlebih dahulu, misalnya perusahaan.
2. Kelompok Sosial dipandang dari Sudut Individu
Pada masyarakat yang kompleks, biasanya setiap manusia tidak hanya mempunyai satu kelompok sosial tempat ia menjadi anggotanya. Namun, ia juga menjadi anggota beberapa kelompok sosial sekaligus. Terbentuknya kelompok-kelompok sosial ini biasanya didasari oleh kekerabatan, usia, jenis kelamin, pekerjaan atau kedudukan. Keanggotaan masing-masing kelompok sosial tersebut akan memberikan kedudukan dan prestise tertentu. Namun yang perlu digarisbawahi adalah sifat keanggotaan suatu kelompok tidak selalu bersifat sukarela, tapi ada juga yang sifatnya paksaan. Misalnya, selain sebagai anggota kelompok di tempatnya bekerja, Pak Tomo juga anggota masyarakat, anggota perkumpulan bulu tangkis, anggota Ikatan Advokat Indonesia, anggota keluarga, anggota Paguyuban masyarakat Jawa dan sebagainya.
3. In-Group dan Out-Group
Sebagai seorang individu, kita sering merasa bahwa aku termasuk dalam bagian kelompok keluargaku, margaku, profesiku, rasku, almamaterku, dan negaraku. Semua kelompok tersebut berakhiran dengan kepunyaan “ku”. Itulah yang dinamakan kelompok sendiri (In group) karena aku termasuk di dalamnya. Banyak kelompok lain dimana aku tidak termasuk keluarga, ras, suku bangsa, pekerjaan, agama dan kelompok bermain. Semua itu merupakan kelompok luar (out group) karena aku berada di luarnya.
In-group dan out-group dapat dijumpai di semua masyarakat, walaupun kepentingan-kepentingannya tidak selalu sama. Pada masyarakat primitif yang masih terbelakang kehidupannya biasanya akan mendasarkan diri pada keluarga yang akan menentukan kelompok sendiri dan kelompok luar seseorang. Jika ada dua orang yang saling tidak kenal berjumpa maka hal pertama yang mereka lakukan adalah mencari hubungan antara keduanya. Jika mereka dapat menemukan adanya hubungan keluarga maka keduanya pun akan bersahabat karena keduanya merupakan anggota dari kelompok yang sama. Namun, jika mereka tidak dapat menemukan adanya kesamaan hubungan antaa keluarga maka mereka adalah musuh sehingga merekapun bereaksi.
Pada masyarakat modern, setiap orang mempunyai banyak kelompok sehingga mungkin saja saling tumpang tindih dengan kelompok luarnya. Siswa lama selalu memperlakukan siswa baru sebagai kelompok luar, tetapi ketika berada di dalam gedung olahraga mereka pun bersatu untuk mendukung tim sekolah kesayangannya.
4. Kelompok Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary Group)
Menurut Charles Horton Cooley, kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri saling mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja sama yang erat yang bersifat pribadi. Sebagai salah satu hasil hubungan yang erat dan bersifat pribadi tadi adalah adanya peleburan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok sehingga tujuan individu menjadi tujuan kelompok juga. Oleh karena itu hubungan sosial di dalam kelompok primer berisfat informal (tidak resmi), akrab, personal, dan total yang mencakup berbagai aspek pengalaman hidup seseorang.
Di dalam kelompok primer, seperti: keluarga, klan, atau sejumlah sahabat, hubungan sosial cenderung bersifat santai. Para anggota kelompok saling tertarik satu sama lainnya sebagai suatu pribadi. Mereka menyatakan harapan-harapan, dan kecemasan-kecemasan, berbagi pengalaman, mempergunjingkan gosip, dan saling memenuhi kebutuhan akan keakraban sebuah persahabatan.
Di sisi lain, kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri atas banyak orang, antara dengan siapa hubungannya tida perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan sifatnya juga tidak begitu langgeng. Dalam kelompok sekunder, hubungan sosial bersifat formal, impersonal dan segmental (terpisah), serta didasarkan pada manfaat (utilitarian). Seseorang tidak berhubungan dengan orang lain sebagai suatu pribadi, tetapi sebagai seseorang yang berfungsi dalam menjalankan suatu peran. Kualitas pribadi tidak begitu penting, tetapi cara kerjanya.
5. Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesellschaft)
Konsep paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (gesellschaft) dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies. Pengertian paguyuban adalah suatu bentuk kehidupan bersama, di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah, serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Bentuk paguyuban terutama akan dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya. Secara umum ciri-ciri paguyuban adalah:
a. Intimate, yaitu hubungan yang bersifat menyeluruh dan mesra
b. Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi
c. Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk orang lain di luar “kita”
Di dalam setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu di antara tiga tipe paguyuban berikut.
a. Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), yaitu gemeinschaft atau paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Misalnya keluarga dan kelompok kekerabatan.
b. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-menolong. Misalnya kelompok arisan, rukun tetangga.
c. Paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaft of mind), yaitu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa, pikiran, dan ideologi yang sama. Ikatan pada paguyuban ini biasanya tidak sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.
Sebaliknya, patembayan (gesellschaft) adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu tertentu yang pendek. Patembayan bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis seperti sebuah mesin. Bentuk gesellschaftterutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang bersifat timbal balik. Misalnya, ikatan perjanjian kerja, birokrasi dalam suatu kantor, perjanjian dagang, dan sebagainya.
Ciri-ciri hubungan paguyuban dengan patembayan dapat diketahui dari tabel berikut:
Paguyuban
Patembayan
Personal
Informal
Tradisional
Sentimental
Umum
Impersonal
Formal, kontraktul
Utilitarian
Realistis, “ketat”
Khusus
6. Formal Group dan Informal Group
Menurut Soerjono Soekanto, formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesamanya. Kriteria rumusan organisasi formal group merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasikan dan mengoordinasikan usaha-usaha demi tercapainya tujuan berdasarkan bagian-bagian organisasi yang bersifat khusus.
Organisasi biasanya ditegakkan pada landasan mekanisme administratif. Misalnya, sekolah terdiri atas beberapa bagian, seperti kepala sekolah, guru, siswa, orang tua murid, bagian tata usaha dan lingkungan sekitarnya. Organisasi seperti itu dinamakan birokrasi. Menurut Max Weber, organisasi yang didirikan secara birokrasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tugas organisasi didistribusikan dalam beberapa posisi yang merupakan tugas-tugas jabatan.
b. Posisi dalam organisasi terdiri atas hierarki struktur wewenang.
c. Suatu sistem peraturan memengaruhi keputusan dan pelaksanaannya.
d. Unsur staf yang merupakan pejabat, bertugas memelihara organisasi dan khususnya keteraturan organisasi.
e. Para pejabat berharap agar hubungan atasan dengan bawahan dan pihak lain bersifat orientasi impersonal.
f. Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan pada karier.
Sedangkan pengertian informal group adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali. Dasar pertemuan-pertemuan tersebut adalah kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama. Misalnya klik (clique), yaitu suatu kelompok kecil tanpa struktur formal yang sering timbul dalam kelompok-kelompok besar. Klik tersebut ditandai dengan adanya pertemuan-pertemuan timbal balik antaranggota yang biasanya hanya “antarakita” saja.
7. Membership Group dan Reference Group
Mengutip pendapat Robert K Merton, bahwa membership group adalah suatu kelompok sosial, di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Batas-batas fisik yang dipakai untuk menentukan keanggotaan seseorang tidak dapat ditentukan secara mutlak. Hal ini disebabkan perubahan-perubahan keadaan. Situasi yang tidak tetap akan memengaruhi derajat interaksi di dalam kelompok tadi sehingga adakalanya seorang anggota tidak begitu sering berkumpul dengan kelompok tersebut walaupun secara resmi dia belum keluar dari kelompok itu.
Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Dengan kata lain, seseorang yang bukan anggota kelompok sosial bersangkutan mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok tadi. Misalnya, seseorang yang ingin sekali menjadi anggota TNI, tetapi gagal memenuhi persyaratan untuk memasuki lembaga pendidikan militer. Namun, ia bertingkah laku layaknya seorang perwira TNI meskipun dia bukan anggota TNI.
8. Kelompok Okupasional dan Volunteer
Pada awalnya suatu masyarakat, menurut Soerjono Soekanto, dapat melakukan berbagai pekerjaan sekaligus. Artinya, di dalam masyarakat tersebut belum ada pembagian kerja yang jelas. Akan tetapi, sejalan dengan kemajuan peradaban manusia, sistem pembagian kerja pun berubah. Salah satu bentuknya adalah masyarakat itu sudah berkembang menjadi suatu masyarakat yang heterogen. Pada masyarakat seperti ini, sudah berkembang sistem pembagian kerja yang didasarkan pada kekhususan atau spesialisasi. Warga masyarakat akan bekerja sesuai dengan bakatnya masing-masing. Setelah kelompok kekerabatan yang semakin pudar fungsinya, muncul kelompok okupasional yang merupakan kelompok terdiri atas orang-orang yang melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok semacam ini sangat besar peranannya di dalam mengarahkan kepribadian seseorang terutama para anggotanya.
Sejalan dengan berkembangnya teknologi komunikasi, hampir tidak ada masyarakat yang tertutup dari dunia luar sehingga ruang jangkauan suatu masyarakatpun semakin luas. Meluasnya ruang jangkauan ini mengakibatkan semakin heterogennya masyarakat tersebut. Akhirnya tidak semua kepentingan individual warga masyarakat dapat dipenuhi.
Akibatnya dari tidak terpenuhinya kepentingan-kepentingan masyarakat secara keseluruhan, muncullah kelompok volunteer. Kelompok ini mencakup orang-orang yang mempunyai kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat yang semakin luas jangkauannya tadi. Dengan demikian, kelompok volunteer dapat memenuhi kepentingan-kepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara luas.
Beberapa kepentingan itu antara lain:
a. Kebutuhan akan sandang, pangan dan papan
b. Kebutuhan akan keselamatan jiwa dan harta benda
c. Kebutuhan akan harga diri
d. Kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri
e. Kebutuhan akan kasih sayang
E. Kelompok Sosial yang Tidak Teratur
1. Kerumunan (Crowd)
Kerumunan adalah sekelompok individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat pada waktu yang bersamaan. Ukuran utama adanya kerumunan adalah kehadiran orang-orang secara fisik. Sedikit banyaknya jumlah kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat dan selama telingan dapat mendengarkannya. Kerumunan tersebut segera berakhir setelah orang-orangnya bubar. Oleh karena itu, kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara (temporer).
Secara garis besar Kingsley Davis membedakan bentuk kerumunan menjadi:
a. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial
Kerumunan ini dapat dibedakan menjadi:
1) Khalayak penonton atau pendengar formal (formal audiences), merupakan kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan tujuan yang sama. Misalnya, menonton film, mengikuti kampanye politik dan sebagainya.
2) Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group), yaitu kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, akan tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut.
b. Kerumunan yang bersifat sementara (Casual Crowd)
Kerumunan ini dibedakan menjadi:
1) Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations). Misalnya, orang yang sedang antri tiket, orang-orang yang menunggu kereta.
2) Kumpulan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowds), yaitu orang-orang yang bersama-sama berusaha untuk menyelamatkan diri dari bahaya. Dorongan dalam diri individu-individu yang berkerumun tersebut mempunyai kecenderungan untuk mempertinggi rasa panik. Misalnya, ada kebakaran dan gempa bumi.
3) Kerumunan penonton (spectator crowds), yaitu kerumunan yang terjadi karena ingin melihat kejadian tertentu. Misalnya, ingin melihat korban lalu lintas.
c. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (Lawless Crowd)
Kerumunan ini dibedakan menjadi:
1) Kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs), yaitu kerumunan yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Misalnya aksi demonstrasi dengan kekerasan.
2) Kerumunan yang bersifat immoral (immoral crowds), yaitu kerumunan yang hampir sama dengan kelompok ekspresif. Bedanya adalah bertentangan dengan norma-norma masyarakat. Misalnya, orang-orang yang mabuk.
2. Publik
Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, televisi, film, dan sebagainya. Alat penghubung semacam ini lebih memungkinkan suatu publik mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih besar. Akan tetapi, karena jumlahnya yang sangat besar, tidak ada pusat perhatian yang tajam sehingga kesatuan juga tidak ada.
F. Masyarakat Setempat (Community)
Masyarakat setempat adalah suatu masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu. Faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara anggota dibandingkan dengan interaksi penduduk di luar batas wilayahnya.
Secara garis besar masyarakat setempat berfungsi sebagai ukuran untuk menggaris bawahi kedekatan hubungan antara hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu. Akan tetapi, tempat tinggal tertentu saja belum cukup untuk membentuk suatu masyarakat setempat. Hal ini masih dibutuhkan adanya perasaan komunitas (community sentiment).
Beberapa unsur komunitas adalah:
1. Seperasaan
Unsur perasaan akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut. Akibatnya, mereka dapat menyebutnya sebagai “kelompok kami” atau “perasaan kami”.
2. Sepenanggunan
Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri memungkinkan peranannya dalam kelompok.
3. Saling memerlukan
Individu yang bergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada komunitas yang meliputi kebutuhan fisik maupun biologis.
Untuk mengklasifikasikan masyarakat setempat, dapat digunakan empat kriteria yang saling berhubungan, yaitu:
1. Jumlah penduduk
2. Luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk
3. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat
4. Organisasi masyarakat yang bersangkutan
(Sumber Buku Pengatar Sosiologi Soerjono Soekanto)
A. Pengertian Kelompok Sosial
Secara sosiologis pengertian kelompok sosial adalah suatu kumpulan orang-orang yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain dan dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Disamping itu terdapat beberapa definisi dari para ahli mengenai kelompok sosial.
Menurut Josep S Roucek dan Roland S Warren kelompok sosial adalah suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan
B. Proses Terbentuknya Kelompok Sosial
Menurut Abdul Syani, terbentuknya suatu kelompok sosial karena adanya naluri manusia yang selalu ingin hidup bersama. Manusia membutuhkan komunikasi dalam membentuk kelompok, karena melalui komunikasi orang dapat mengadakan ikatan dan pengaruh psikologis secara timbal balik. Ada dua hasrat pokok manusia sehingga ia terdorong untuk hidup berkelompok, yaitu:
1. Hasrat untuk bersatu dengan manusia lain di sekitarnya
2. Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya
C. Syarat Terbentuknya Kelompok Sosial
Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama dan saling berinteraksi. Untuk itu, setiap himpunan manusia agar dapat dikatakan sebagai kelompok sosial, haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa dia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada kesamaan faktor yang dimiliki anggota-anggota kelompok itu sehingga hubungan antara mereka bartambah erat. Faktor-faktor kesamaan tersebut, antara lain
a. Persamaan nasib
b. Persamaan kepentingan
c. Persamaan tujuan
d. Persamaan ideologi politik
e. Persamaan musuh
3. Kelompok sosial ini berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
4. Kelompok sosial ini bersistem dan berproses.
D. Macam-Macam Kelompok Sosial
1. Klasifikasi Tipe-tipe Kelompok Sosial
Menurut Soerjono Soekanto dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Berdasarkan besar kecilnya anggota kelompok
Menurut George Simmel, besar kecilnya jumlah anggota kelompok akan memengaruhi kelompok dan pola interaksi sosial dalam kelompok tersebut. Dalam penelitiannya, Simmel memulai dari satu orang sebagai perhatian hubungan sosial yang dinamakan monad. Kemudian monaddikembangkan menjadi dua orang atau diad, dan tiga orang atau triad, dan kelompok-kelompok kecil lainnya. Hasilnya semakin banyak jumlah anggota kelompoknya, pola interaksinya juga berbeda.
b. Berdasarkan derajat interaksi dalam kelompok
Derajat interaksi ini juga dapat dilihat pada beberapa kelompok sosial yang berbeda. Kelompok sosial seperti keluarga, rukun tetangga, masyarakat desa, akan mempunyai kelompok yang anggotanya saling mengenal dengan baik (face-to-face groupings). Hal ini berbeda dengan kelompok sosial seperti masyarakat kota, perusahaan, atau negara, di mana anggota-anggotanya tidak mempunyai hubungan erat.
c. Berdasarkan kepentingan dan wilayah
Sebuah masyarakat setempat (community) merupakan suatu kelompok sosial atas dasar wilayah yang tidak mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu. Sedangkan asosiasi (association) adalah sebuah kelompok sosial yang dibentuk untuk memenuhi kepentingan tertentu.
d. Berdasarkan kelangsungan kepentingan
Adanya kepentingan bersama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terbentuknya sebuah kelompok sosial. Suatu kerumunan misalnya, merupakan kelompok yang keberadaannya hanya sebentar karena kepentingannya juga tidak berlangsung lama. Namun, sebuah asosiasi mempunyai kepentingan yang tetap.
Kelompok sosial terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang terorganisasi dengan rapi seperti negara, TNI, perusahaan dan sebagainya. Namun, ada kelompok sosial yang hampir tidak terorganisasi dengan baik, seperti kerumunan.
Secara umum tipe-tipe kelompok sosial adalah sebagai berikut.
a. Kategori statistik, yaitu pengelompokan atas dasar ciri tertentu yang sama, misalnya kelompok umur.
b. Kategori sosial, yaitu kelompok individu yang sadar akan ciri-ciri yang dimiliki bersama, misalnya HMI (Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia).
c. Kelompok sosial, misalnya keluarga batih (nuclear family)
d. Kelompok tidak teratur, yaitu perkumpulan orang-orang di suatu tempat pada waktu yang sama karena adanya pusat perhatian yang sama. Misalnya, orang yang sedang menonton sepak bola.
e. Organisasi Formal, yaitu kelompok yang sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditentukan terlebih dahulu, misalnya perusahaan.
2. Kelompok Sosial dipandang dari Sudut Individu
Pada masyarakat yang kompleks, biasanya setiap manusia tidak hanya mempunyai satu kelompok sosial tempat ia menjadi anggotanya. Namun, ia juga menjadi anggota beberapa kelompok sosial sekaligus. Terbentuknya kelompok-kelompok sosial ini biasanya didasari oleh kekerabatan, usia, jenis kelamin, pekerjaan atau kedudukan. Keanggotaan masing-masing kelompok sosial tersebut akan memberikan kedudukan dan prestise tertentu. Namun yang perlu digarisbawahi adalah sifat keanggotaan suatu kelompok tidak selalu bersifat sukarela, tapi ada juga yang sifatnya paksaan. Misalnya, selain sebagai anggota kelompok di tempatnya bekerja, Pak Tomo juga anggota masyarakat, anggota perkumpulan bulu tangkis, anggota Ikatan Advokat Indonesia, anggota keluarga, anggota Paguyuban masyarakat Jawa dan sebagainya.
3. In-Group dan Out-Group
Sebagai seorang individu, kita sering merasa bahwa aku termasuk dalam bagian kelompok keluargaku, margaku, profesiku, rasku, almamaterku, dan negaraku. Semua kelompok tersebut berakhiran dengan kepunyaan “ku”. Itulah yang dinamakan kelompok sendiri (In group) karena aku termasuk di dalamnya. Banyak kelompok lain dimana aku tidak termasuk keluarga, ras, suku bangsa, pekerjaan, agama dan kelompok bermain. Semua itu merupakan kelompok luar (out group) karena aku berada di luarnya.
In-group dan out-group dapat dijumpai di semua masyarakat, walaupun kepentingan-kepentingannya tidak selalu sama. Pada masyarakat primitif yang masih terbelakang kehidupannya biasanya akan mendasarkan diri pada keluarga yang akan menentukan kelompok sendiri dan kelompok luar seseorang. Jika ada dua orang yang saling tidak kenal berjumpa maka hal pertama yang mereka lakukan adalah mencari hubungan antara keduanya. Jika mereka dapat menemukan adanya hubungan keluarga maka keduanya pun akan bersahabat karena keduanya merupakan anggota dari kelompok yang sama. Namun, jika mereka tidak dapat menemukan adanya kesamaan hubungan antaa keluarga maka mereka adalah musuh sehingga merekapun bereaksi.
Pada masyarakat modern, setiap orang mempunyai banyak kelompok sehingga mungkin saja saling tumpang tindih dengan kelompok luarnya. Siswa lama selalu memperlakukan siswa baru sebagai kelompok luar, tetapi ketika berada di dalam gedung olahraga mereka pun bersatu untuk mendukung tim sekolah kesayangannya.
4. Kelompok Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary Group)
Menurut Charles Horton Cooley, kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri saling mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja sama yang erat yang bersifat pribadi. Sebagai salah satu hasil hubungan yang erat dan bersifat pribadi tadi adalah adanya peleburan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok sehingga tujuan individu menjadi tujuan kelompok juga. Oleh karena itu hubungan sosial di dalam kelompok primer berisfat informal (tidak resmi), akrab, personal, dan total yang mencakup berbagai aspek pengalaman hidup seseorang.
Di dalam kelompok primer, seperti: keluarga, klan, atau sejumlah sahabat, hubungan sosial cenderung bersifat santai. Para anggota kelompok saling tertarik satu sama lainnya sebagai suatu pribadi. Mereka menyatakan harapan-harapan, dan kecemasan-kecemasan, berbagi pengalaman, mempergunjingkan gosip, dan saling memenuhi kebutuhan akan keakraban sebuah persahabatan.
Di sisi lain, kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri atas banyak orang, antara dengan siapa hubungannya tida perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan sifatnya juga tidak begitu langgeng. Dalam kelompok sekunder, hubungan sosial bersifat formal, impersonal dan segmental (terpisah), serta didasarkan pada manfaat (utilitarian). Seseorang tidak berhubungan dengan orang lain sebagai suatu pribadi, tetapi sebagai seseorang yang berfungsi dalam menjalankan suatu peran. Kualitas pribadi tidak begitu penting, tetapi cara kerjanya.
5. Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesellschaft)
Konsep paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (gesellschaft) dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies. Pengertian paguyuban adalah suatu bentuk kehidupan bersama, di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah, serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Bentuk paguyuban terutama akan dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya. Secara umum ciri-ciri paguyuban adalah:
a. Intimate, yaitu hubungan yang bersifat menyeluruh dan mesra
b. Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi
c. Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk orang lain di luar “kita”
Di dalam setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu di antara tiga tipe paguyuban berikut.
a. Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), yaitu gemeinschaft atau paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Misalnya keluarga dan kelompok kekerabatan.
b. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-menolong. Misalnya kelompok arisan, rukun tetangga.
c. Paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaft of mind), yaitu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa, pikiran, dan ideologi yang sama. Ikatan pada paguyuban ini biasanya tidak sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.
Sebaliknya, patembayan (gesellschaft) adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu tertentu yang pendek. Patembayan bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis seperti sebuah mesin. Bentuk gesellschaftterutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang bersifat timbal balik. Misalnya, ikatan perjanjian kerja, birokrasi dalam suatu kantor, perjanjian dagang, dan sebagainya.
Ciri-ciri hubungan paguyuban dengan patembayan dapat diketahui dari tabel berikut:
Paguyuban
|
Patembayan
|
Personal
Informal
Tradisional
Sentimental
Umum
|
Impersonal
Formal, kontraktul
Utilitarian
Realistis, “ketat”
Khusus
|
6. Formal Group dan Informal Group
Menurut Soerjono Soekanto, formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesamanya. Kriteria rumusan organisasi formal group merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasikan dan mengoordinasikan usaha-usaha demi tercapainya tujuan berdasarkan bagian-bagian organisasi yang bersifat khusus.
Organisasi biasanya ditegakkan pada landasan mekanisme administratif. Misalnya, sekolah terdiri atas beberapa bagian, seperti kepala sekolah, guru, siswa, orang tua murid, bagian tata usaha dan lingkungan sekitarnya. Organisasi seperti itu dinamakan birokrasi. Menurut Max Weber, organisasi yang didirikan secara birokrasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tugas organisasi didistribusikan dalam beberapa posisi yang merupakan tugas-tugas jabatan.
b. Posisi dalam organisasi terdiri atas hierarki struktur wewenang.
c. Suatu sistem peraturan memengaruhi keputusan dan pelaksanaannya.
d. Unsur staf yang merupakan pejabat, bertugas memelihara organisasi dan khususnya keteraturan organisasi.
e. Para pejabat berharap agar hubungan atasan dengan bawahan dan pihak lain bersifat orientasi impersonal.
f. Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan pada karier.
Sedangkan pengertian informal group adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali. Dasar pertemuan-pertemuan tersebut adalah kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama. Misalnya klik (clique), yaitu suatu kelompok kecil tanpa struktur formal yang sering timbul dalam kelompok-kelompok besar. Klik tersebut ditandai dengan adanya pertemuan-pertemuan timbal balik antaranggota yang biasanya hanya “antarakita” saja.
7. Membership Group dan Reference Group
Mengutip pendapat Robert K Merton, bahwa membership group adalah suatu kelompok sosial, di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Batas-batas fisik yang dipakai untuk menentukan keanggotaan seseorang tidak dapat ditentukan secara mutlak. Hal ini disebabkan perubahan-perubahan keadaan. Situasi yang tidak tetap akan memengaruhi derajat interaksi di dalam kelompok tadi sehingga adakalanya seorang anggota tidak begitu sering berkumpul dengan kelompok tersebut walaupun secara resmi dia belum keluar dari kelompok itu.
Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Dengan kata lain, seseorang yang bukan anggota kelompok sosial bersangkutan mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok tadi. Misalnya, seseorang yang ingin sekali menjadi anggota TNI, tetapi gagal memenuhi persyaratan untuk memasuki lembaga pendidikan militer. Namun, ia bertingkah laku layaknya seorang perwira TNI meskipun dia bukan anggota TNI.
8. Kelompok Okupasional dan Volunteer
Pada awalnya suatu masyarakat, menurut Soerjono Soekanto, dapat melakukan berbagai pekerjaan sekaligus. Artinya, di dalam masyarakat tersebut belum ada pembagian kerja yang jelas. Akan tetapi, sejalan dengan kemajuan peradaban manusia, sistem pembagian kerja pun berubah. Salah satu bentuknya adalah masyarakat itu sudah berkembang menjadi suatu masyarakat yang heterogen. Pada masyarakat seperti ini, sudah berkembang sistem pembagian kerja yang didasarkan pada kekhususan atau spesialisasi. Warga masyarakat akan bekerja sesuai dengan bakatnya masing-masing. Setelah kelompok kekerabatan yang semakin pudar fungsinya, muncul kelompok okupasional yang merupakan kelompok terdiri atas orang-orang yang melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok semacam ini sangat besar peranannya di dalam mengarahkan kepribadian seseorang terutama para anggotanya.
Sejalan dengan berkembangnya teknologi komunikasi, hampir tidak ada masyarakat yang tertutup dari dunia luar sehingga ruang jangkauan suatu masyarakatpun semakin luas. Meluasnya ruang jangkauan ini mengakibatkan semakin heterogennya masyarakat tersebut. Akhirnya tidak semua kepentingan individual warga masyarakat dapat dipenuhi.
Akibatnya dari tidak terpenuhinya kepentingan-kepentingan masyarakat secara keseluruhan, muncullah kelompok volunteer. Kelompok ini mencakup orang-orang yang mempunyai kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat yang semakin luas jangkauannya tadi. Dengan demikian, kelompok volunteer dapat memenuhi kepentingan-kepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara luas.
Beberapa kepentingan itu antara lain:
a. Kebutuhan akan sandang, pangan dan papan
b. Kebutuhan akan keselamatan jiwa dan harta benda
c. Kebutuhan akan harga diri
d. Kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri
e. Kebutuhan akan kasih sayang
E. Kelompok Sosial yang Tidak Teratur
1. Kerumunan (Crowd)
Kerumunan adalah sekelompok individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat pada waktu yang bersamaan. Ukuran utama adanya kerumunan adalah kehadiran orang-orang secara fisik. Sedikit banyaknya jumlah kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat dan selama telingan dapat mendengarkannya. Kerumunan tersebut segera berakhir setelah orang-orangnya bubar. Oleh karena itu, kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara (temporer).
Secara garis besar Kingsley Davis membedakan bentuk kerumunan menjadi:
a. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial
Kerumunan ini dapat dibedakan menjadi:
1) Khalayak penonton atau pendengar formal (formal audiences), merupakan kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan tujuan yang sama. Misalnya, menonton film, mengikuti kampanye politik dan sebagainya.
2) Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group), yaitu kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, akan tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut.
b. Kerumunan yang bersifat sementara (Casual Crowd)
Kerumunan ini dibedakan menjadi:
1) Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations). Misalnya, orang yang sedang antri tiket, orang-orang yang menunggu kereta.
2) Kumpulan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowds), yaitu orang-orang yang bersama-sama berusaha untuk menyelamatkan diri dari bahaya. Dorongan dalam diri individu-individu yang berkerumun tersebut mempunyai kecenderungan untuk mempertinggi rasa panik. Misalnya, ada kebakaran dan gempa bumi.
3) Kerumunan penonton (spectator crowds), yaitu kerumunan yang terjadi karena ingin melihat kejadian tertentu. Misalnya, ingin melihat korban lalu lintas.
c. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (Lawless Crowd)
Kerumunan ini dibedakan menjadi:
1) Kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs), yaitu kerumunan yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Misalnya aksi demonstrasi dengan kekerasan.
2) Kerumunan yang bersifat immoral (immoral crowds), yaitu kerumunan yang hampir sama dengan kelompok ekspresif. Bedanya adalah bertentangan dengan norma-norma masyarakat. Misalnya, orang-orang yang mabuk.
2. Publik
Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, televisi, film, dan sebagainya. Alat penghubung semacam ini lebih memungkinkan suatu publik mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih besar. Akan tetapi, karena jumlahnya yang sangat besar, tidak ada pusat perhatian yang tajam sehingga kesatuan juga tidak ada.
F. Masyarakat Setempat (Community)
Masyarakat setempat adalah suatu masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu. Faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara anggota dibandingkan dengan interaksi penduduk di luar batas wilayahnya.
Secara garis besar masyarakat setempat berfungsi sebagai ukuran untuk menggaris bawahi kedekatan hubungan antara hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu. Akan tetapi, tempat tinggal tertentu saja belum cukup untuk membentuk suatu masyarakat setempat. Hal ini masih dibutuhkan adanya perasaan komunitas (community sentiment).
Beberapa unsur komunitas adalah:
1. Seperasaan
Unsur perasaan akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut. Akibatnya, mereka dapat menyebutnya sebagai “kelompok kami” atau “perasaan kami”.
2. Sepenanggunan
Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri memungkinkan peranannya dalam kelompok.
3. Saling memerlukan
Individu yang bergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada komunitas yang meliputi kebutuhan fisik maupun biologis.
Untuk mengklasifikasikan masyarakat setempat, dapat digunakan empat kriteria yang saling berhubungan, yaitu:
1. Jumlah penduduk
2. Luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk
3. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat
4. Organisasi masyarakat yang bersangkutan
Kelompok Sosial (Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan)
Kelompok-kelompok Sosial
Sumber : Siti Norma
(Buku Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Predana Media Group Jakarta, Bab 3 Hlm 23 – 42)
Telah diterangkan sebelumnya bahwa hidup manusia tergantung dengan manusia lainnya dalam memenuhi ketiga hajat hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya kelompok-kelompok sosial (social group) di dalam kehidupan manusia, karena manusia tidak dapat hidup secara mandiri. Kelompok-kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dan kumpulan individu-individu yang hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensif dan teratur, sehingga daripadanya diharapkan adanya pembagian tugas, struktur, serta norma-norma tertentu yang berlaku bagi mereka.
Dengan kata lain, setiap kumpulan individu tidak dapat disebut kelompok sosial selama belum memenuhi syarat-syarat seperti di bawah ini:
- Setiap individu harus merupakan bagian dan kesatuan sosial.
- Terdapat hubungan timbal balik di antara individu-individu yang tergabung dalam kelompok.
- Adanya faktor-faktor yang sama dan dapat mempererat hubungan mereka yang tergabung dalam kelompok. Faktor-faktor tersebut antara lain: nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, dan lain sebagainya.
- Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
- Bersistem dan berproses
Kelompok sosial yang paling sederhana, yaitu keluarga dan hampir
semua manusia pada mulanya menjadi anggota kelompok keluarga. Walaupun setiap saat para anggotanya menyebar, akan tetapi mereka pada saat-saat tertentu berkumpul kembali dan saling bertukar pengalaman, sehingga pada akhirnya dalam keluarga akan terjadi perubahan-perubahan. Oleh sebab itulah, maka kelompok-kelompok sosial itu akan mengalami perubahan-perubahan baik dalam bentuk maupun aktivitasnya. Mengenai pembagian kelompok sosial dapat dikiasifikasikan ke dalam beberapa tipe yang dapat ditinjau dan beberapa sudut atau berdasarkan atas pelbagai kriteria atau ukuran. Kelompok sosial pada dasarnya dapat dibedakan atas:
- Kelompok-kelompok sosial yang teratur
- Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur
Dan kedua kelompok tersebut di atas masih dibedakan lagi menjadi beberapa jenis. Untuk kelompok-ke1ompok sosial yang teratur dikenal beberapa bentuk antara lain:
- Yang berdasarkan atas besar kecilnya jumlah anggota kelompok dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu:
Kelompok primer (primary group)
Kelompok sekunder (secondary group)
- Yang berdasarkan atas derajat organisasinya dibedakan menjadi:
Kelompok formal (formal group)
Kelompok informal (informal group)
- Yang berdasarkan atas interaksinya dibedakan menjadi
Kelompok referensi (reference group)
Kelompok membership (membership group)
Sebenarnya untuk kelompok primer ini masih ada beberapa bentuk lagi, misalnya: in group, out group, gemeinschaft, dan sebagainya. Sedangkan untuk kelompok- kelompok sosial yang tidak teratur dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Kerumunan (crowd) dengan berbagai bentuknya
b. Publik
Perlu diketahui, bahwa bentuk-bentuk kelompok sosial yang telah disebutkan di atas merupakan bentuk kehidupan yang nyata dalam masyarakat.
KELOMPOK PRIMER DAN KELOMPOK SEKUNDER
Atas dasar besar kecilnya anggota kelompok, maka Charles Horton Cooley membedakan antara kelompok primer dengan kelompok sekunder. Menurut Cooley, kelompok ditandai dengan adanya hubungan yang erat di mana anggota-anggotaanya saling mengenal dan sering kali berkomunikasi secara langsung berhadapan muka (face to face) serta terdapat kerja sama yang bersifat pribadi atau adanya ikatan psychologisyang erat. Dan ikatan-ikatan psychologis dan hubungan yang bersifat pribadi inilah, maka akan terjadi peleburan- peleburan daripada individu-individu dalam satu kelompok, sehingga tujuan- tujuan individu menjadi juga tujuan kelompoknya.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, maka selanjutnya Cooley menerangkan kelompok primer berdasarkan atas 3 tinjauan sebagai berikut:
A. Kondisi-kondisi fisik kelompok primer
- Tidak cukup hanya hubungan saling mengenal saja, akan tetapi yang terpenting adalah bahwa anggota-anggota secara fisik harus saling berdekatan.
- Jumlah anggotanya harus kecil, agar supaya mereka dapat saling kenal dan saling bertemu muka.
- Hubungan antara anggota-anggota agak permanen.
B. Sifat-sifat hubungan primer
- Sifat utama hubungan primer, yaitu adanya kesamaan tujuan di antara para anggotanya yang berarti bahwa masing-masing individu mempunyai keinginan dan sikap yang sama dalam usahanya untuk mencapai tujuan, serta salah satu pihak harus rela berkorban demi untuk kepentingan pihak lainnya.
- Hubungan primer ini harus secara sukarela, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan tidak merasakan adanya penekanan-penekanan melainkan semua anggota akan merasakan adanya kebebasan.
- Hubungan primer bersifat dan juga inklusif, artinya hubungan yang diadakan itu harus melekat pada kepribadian seseorang dan tidak dapat digantikan oleh orang lain, dan bagi mereka yang mengadakan hubungan harus menyangkut segala kepribadiannya, misalnya perasaannya, sifat-siifatnya, dan sebagainya.
C. Kelompok-kelmpok yang konkret dan hubungan primer
Kelompok primer seperti yang digambarkan di atas kenyataannya tidak terdapat pada masyarakat, artinya tidak terdapat kelompok primer yang sempurna sesuai dengan syarat-syarat yang telah disebutkan diatas.
Bahkan dewasa ini kelompok primer di dalam masyarakat makin berkurang, akan tetapi apabila organisasinya makin besar, maka makin besar pula keperluan dan dorongan untuk mencari kelompok primer, agar supaya terdapat ikatan psychologis di antara para anggota. Biasanya ikatanpsychologis ini hanya pada orang-orang tertentu. misalnya antara atasan dan bawahan sesuai dengan paham paternalistis dalam masyarakat.
Selain hal-hal yang dikemukakan di atas, perlu pula ditambahkan bahwa kelompok primer ini dapat menguntungkan terhadap individu dan juga dapat membantu perkembangan individu. Adapun hal- hal yang menguntungkan terhadap individu dapatlah disebutkan sebagai berikut:
- Dapat menunjang sifat-sifat baik manusia serta memberikan kekuatan
dan dorongan kepada individu, sehingga dapat mengurangi sifat-sifat individu yang lemah.
- Dapat mempertebal ketergantungan individu terhadap kelompoknya
- Semua hal didasarkan pada perasaan, artinya reaksi-reaksi yang - perlihatkan oleh masing-masing individu dalam kelompok didasark atas perasaan.
Sedangkan hal-hal yang dapat membantu kelompok sosial ini terhadap individu antara lain:
- Dapat memperbesar rasa loyalitas.
- Dapat memberikan pegangan pada individu, agar supaya tidak mengalami kebingungan dan frustrasi.
Jadi, kelompok primer mi sangat berguna sekali bagi individu baik dalam hal kepentingan maupun keamanan individu sehubungan dengan adanya hubungan yang erat di antara para anggotanya. Contohnya. keluarga, kelompok bermain, kelompok kerja, dan sebagainya.
Berbeda dengan kelompok primer, untuk kelompok sekunder Cooley tidak menyebutkan ciri-cirinya yang khas.
Hanya saja dapat dikatakan bahwa segala sesuatu yang telah
dikatakan pada kelompok primer, pada kelompok sekunder merupakan kebalikannya baik mengenai kondisi maupun sifat-sifatnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok primer mi mempunyai kondisi dan sifat-sifat sebagai berikut:
- Jumlah anggotanya banyak, sehingga anggotanya tidak saling mengenal.
- Hubungan renggang di mana anggotanya tidak perlu saling mengenal secara pribadi.
- Sifatnya tidak permanen.
- Hubung cenderung pada hubungan formil, karena sedikit sekali terdapat kontak di antara para anggotanya, dan baru terdapat kontak apabila ada kepentingan dan tujuan tertentu saja.
Dengan melihat ciri-ciri tersebut di atas, maka dapatlah disimpuan bahwa di antara para anggotanya tidak terdapat loyalitas terhadap kelompoknya sehingga tidak tercapai kesejahteraan bersama seperti dalam kelompok primer.
Begitu juga halnya dengan kelompok sekunder ini di samping ada faktor keuntungan (positif), juga ada faktor yang merugikan (negatif).
Karena hubungan renggang di antara para anggota, maka semuanya terutama keputusan-keputusan dapat bersifat objektif dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor pribadi, sedangkan faktor negatifnya, yaitu karena tidak adanya rasa loyalitas dan dedikasi terhadap kelompok maka tidak ada landasan yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bersama. Untuk lebih jelas agar mendapatkan gambaran perbedaan antara kelompok primer dan kelompok sekunder, maka Kingsley Davis dalam bukunya Human Society menggambarkan sebagai berikut:
KELOMPOK FORMAL DAN KELOMPOK INFORMAL
Kelompok formal merupakan organisasi kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja dibuat oleh anggota-anggotanya untuk ditaati serta untuk mengatur hubungan
antar-anggotanya. Karena merupakan organisasi yang resmi, maka dengan sendirinya dikenal adanya struktur organisasinya, sehingga terdapat hierarki di antara anggota-anggota kelompok oleh karena terdapat pembatasan tugas dan wewenang. Dengan adanya peraturan yang tertulis, maka loyalitas anggota bukan pada kelompok melainkan pada peraturan.
Adapun ciri-ciri dan interaksi daripada kelompok formal ini seperti pada kelompok sekunder. Contoh: PERSARI, PWI, KORPRI.
Sedangkan kelompok informal merupakan organisasi kelompok yang tidak resmi serta tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti, jadi kelompok ini tidak didukung oleh peraturan-peraturan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga secara tertulis. Biasanya kelompok ini dibentuk atas dasar pengalaman-pengalaman dan kepentingan-kepentingan yang sama dan para anggotanya.
Sifat interaksinya (hubungan timbal batik) berdasarkan saling mengerti yang lebih mendalam karena pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan yang sama.
Karena tidak mengenal peraturan tertulis, maka loyalitas anggota pada anggota kelompok yang lain besar sekali, di samping itu juga karena jumlah anggotanya sedikit, maka di antara para anggotanya dapat mengenal secara pribadi dan sering bertemu muka. Jadi, pada kelompok informal dapat dikatakan bahwa sifat-sifat dan ciri-cirinya hampir sama dengan kelompok primer. Contohnya: klien, kelompok arisan.
Untuk lebih jelas mengetahui perbedaan antara kelompok formal dengan kelompok informal dapat digambarkan seperti di bawah ini.
MEMBERSHIP GROUP DAN REFERENCE GROUP
Pembedaan kelompok sosial lainnya didasarkan pada derajat jnteraksinya ialah membership group dan reference group, dan yang mengemukakan ialah Robert K. Merton. Batas-batas yang dipakai untuk menentukan keanggotaan seseorang pada kelompok tidak dapat dilakukan secara mutlak, karena perubahan-perubahan keadaan akan memengaruhi derajat interaksi di dalam kelompok, sehingga adakalanya seorang anggota tidak begitu sering berkumpul dengan kelompoknya, walaupun secara resmi dia belum keluar dan kelompok bersangkutan. Membership group merupakan kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Ukuran utama bagi keanggotaan seseorang adalah interaksinya dengan kelompok sosial yang bersangkutan. Untuk membedakan secara tegas keanggotaan atas dasar derajat interaksi, maka membership group dibedakan lagi menjadi:
- Nominal group member
anggota yang masih berinteraksi dengan kelompok sosial yang bersangkutan, akan tetapi interaksinya dengan anggota lainnya berkurang.
- Perihal group member
Seorang anggota seolah-olah sudah tidak berhubungan dengan kelompok yang bersangkutan sehingga kelompok tidak mempunyai kekuasaan terhadap anggota tersebut.
Perbedaan derajat interaksi, dapat menimbulkan subgroup, karena orang-orang yang sering berinteraksi kemudian membentuk kelompok- kelompok sendiri, karena adanya faktor- faktor kepentingan yang sama, keanggotaan, serta nilai-nilai yang sama.
Reference group: merupakan kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Jadi, seseorang itu telah menyetujui norma-normanya, sikap-sikapnya dan tujuan dari kelompok tersebut, artinya bahwa dia senang kepada kerangka norma-norma, sikap-sikap, dan tujuan yang dimiliki oleh kelompok.
Contohnya:
Seseorang dan desa, di mana desa itu merupakan reference groupnya karena dia telah menyetujui kerangka norma- norma dan pedoman- pedoman hidup dari keluarganya yang ada di desa. Kemudian ia ingin melanjutkan sekolahnya di kota besar, di mana kota besar ini telah mempunyai kerangka pedornan-pedoman hidup yang berlainan, maka di sini ia masuk dalam kelompok membership group.
Jadi, norma-norma yang terdapat dalam membership groupnya berlainan dengan norma-norma dalam reference groupnya dan ia harus menyesuaikan diri dengan norma-norma kehidupan kota; dengan kata lain ia harus melepaskan reference groupnya yang lama dan pindah kereference group-nya yang baru.
Jadi, dan contoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang yang bukan anggota kelompok sosial yang bersangkutan, mengidentifikan dirinya dengan kelompok tersebut.
Contohnya
A dilahirkan dalam keluarga Batak kemudian ia masuk menjadi anggota perkumpulan marga Batak, karena dia telah menyetujui kerangka norma-norma dan pedoman-pedoman hidup yang ada dalam perkumpulan marga Batak tadi dan dianggapnya sama dengan norma-norma dan pedoman-pedoman hidup keluarganya.
Dengan kata lain, maka keluarga merupakan reference group-nya dan perkumpulan marga Batak merupakan membership group-nya.
Di samping itu, A dapat juga masuk menjadi anggota dan KORPRI yang mana norma-norma dan pedoman-pedoman hidup dan kebanyakan anggotanya sangat berlainan dengan norma-norma keluarganya dan KORPRI di sini dapat menjadi membership group-nya.
Jadi, membership di sini dapat sama norma-norma dan pedoman pedoman hidupnya, tapi dapat juga berlainan.
Mengenai reference group ada 2 tipe:
- Tipe normatif, yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang. Contohnya Angkatan Bersenjata.
- Tipe perbandingan yang merupakan suatu pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya. Hal ini dipakai sebagai perbandingan untuk memberikan kedudukan seseorang.
Seperti telah diterangkan sebelumnya, bahwa untuk kelompok sosial yang teratur selain yang telah disebutkan bentuk-bentuk kelompok sosial di atas, masih dikenal beberapa bentuk lainnya, dua di antaranya ialah:
- Yang berdasarkan kepentingan dan wilayah dibedakan antara Gemeinschaft dengan Gesellschaft.
- Yang berdasarkan berlangsungnya suatu kepentingan, dibedakan antara in group dengan out group.
GEMEINSCHSFT DAN GESELLSCHSFT
Bentuk-bentuk kelompok sosial ini merupakan pendapat dari Ferdinand Tonnies, dalam bukunya Gemeinschaft dan Gesellschaft. Pekan ini merupakan semua hubungan manusia yang didasarkan atas Wesonwillo atau Kurwillo manusia. Wesonwillo menurut Tonnies merupakan bentuk-bentuk kehendak, baik dalam arti positif maupun negatif, yang berakar pada manusia dan diperkuat oleh pemakaian serta disempurnakan oleh agama dan kepercayaan. Jadi, Wesonwillo itu sudah merupakan kodrat manusia yang timbul dan keseluruhan kehidupan alami. SedangkanKurwillo merupakan bentuk-bentuk kehendak yang mendasarkan pada akal manusia yang ditujukan pada tujuan-tujuan tertentu dan sifatnya rasional dengan menggunakan alat-alat dan unsur-unsur kehidupan lainnya.
Dengan kata lain, pada satu pihak kehendak dan perbuatan yang irasional berdasarkan perasaan sedangkan di pihak lain kehendak dan perbuatan yang rasional yang ditujukan kepada alat atau alat-alat yang sering kali bertentangan dengan perasaan.
Dalam wujudnya yang elementer, Wesonwillo artinya tidak lain daripada suatu kehendak dan perbuatan yang langsung, jadi di samping perbuatan yang bernafsu termasuk juga perbuatan dan kehendak yang naif. Sebaliknya, Kurwillo dapat diketahui terutama karena adanya kesadaran. Maka, dari segala macam ikatan sosial yang kuat dipengaruhi oleh Wesonwillo disebut Gemeinschaft, dan sebaliknya yang dibentuk oleh atau sebagian besar ditentukan oleh Kurwillo disebut Gesellschaft. Oleh karena itulah, hubungan-hubungan positif antara manusia yang satu dengan yang lainnya selalu bersifat Gemeinschaft dan Gesellschaft.
Dan uraian di atas, maka dapatlah diterangkan bahwa Gemeinschaft merupakan bentuk kehidupan bersama, di mana antar aggotanya mempunyai hubungan batin murni yang sifatnya alamiah dan kekal. Dasar hubungannya, yaitu rasa cinta dan persatuan batin yang nyata dan organis. Bentuk ini dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat desa, keluarga, kerabat, dan sebagainya. Sebaliknya, Gesellschaft merupakan bentuk kehidupan bersama di mana para anggotanya rnempunyai hubungan yang bersifat pamrih dan dalam jangka waktu yang pendek, serta bersifat mekanis.
Bentuk ini dapat ditemukan dalam perhubungan perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik.
Pada dasarnya pandangan Tonnies, menurut Soerjono Soekanto dapat dibandingkan dengan pandangan dan Emile Durkheim yang mendasarkan diri pada pembagian kerja dalam masyarakat.
Pada masyarakat desa yang bersifat Gemeinschaft, pada umumnya spesialisasi individu tidak menonjol, sehingga kedudukan individual tidak begitu penting. Sehingga apabila salah seorang
anggota dikeluarkan, maka tidak begitu terasakan oleh anggota lainnya, berarti bahwa kedudukan masyarakat lebih penting daripada kedudukan individu, sehingga strukturnya di sini disebut mekanis.
Sebaliknya, pada masyarakat yang bersifat kompleks Gesellschaft di mana sudah ada spesialisasi di antara para anggotanya, sehingga tidak dapat hidup secara tersendiri atau dapat terpisahkan, sehingga merupakan suatu kesatuan organisme, oleh karenanya strukturnya merupakan struktur yang organis.
Begitu juga halnya dengan Cooley terhadap kelompok primernya, maka Tonnies memandang Gemeinschaft adalah sangat ideal kalau diterapkan pada masyarakat yang mempunyai sifat-sifat seperti yang dikemukakan oleh Tonnjes pada masyarakat yang masih sangat sederhana
Selanjutnya Tonnjes membedakan Gemeinschaft menjadi 3 jenis yaitu:
- Gemeinschaft by blood, yajtu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ikatan darah atau keturunan. Di dalam Pertumbuhannyamasyarakat Yang semacam ini makin lama makin menipis. Contoh: Kekerabatan masyarakat-masyarakat yang terdapat di Yogyakarta, Solo, dan sebagainya.
- Gemeinschaft of Place (locality), yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling berdekatan sehingga dimungkinkan untuk dapatnya saling menolong. Contoh: RT dan RW.
- Gemeinschaft of mind, yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ideologi atau pikiran yang sama.
Dan ketiga bentuk ini dapat ditemui pada masyarakat baik di kota maupun di desa.
IN GROUP DAN OUT GROUP
Bentuk kelompok sosial mendasarkan pada kepentingan, dan seseorang mengidentifikasikan dirinya apakah termasuk in group maupun out grouptergantung pada situasi-situasi sosial tertentu serta sikap perasaannya.
Sikap in group biasanya menunjukkan adanya faktor simpati dan perasaan yang dekat di antara anggota-anggota kelompoknya Sebaliknya sikapout group menunju adanya faktor antipati dengan anggota kelompok lainnya.
Sikap perasaan terhadap anggota in group adalah sikap perasaan terhadap orang dalam sedangkan sikap perasaan out group adalah sikap perasaan terhadap semua orang termasuk orang luaran.
Perasaan in group terhadap orang dapat bervariasi dan sikap ramah tamah dan good will sampai menjadi solidaritas mati-matian. Begitu juga halnya sikap “out group” dapat berubah dari sikap menyisihkan orang lain sampai sikap bermusuhan.
KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL TIDAK TERATUR
Pada dasarnya kelompok-kelompok sosial ini sering kali terjadi pada kehidupan sosial di dalam masyarakat dalam bentuk-bentuk: kerumunan-kerumunan publik, rakyat, dan massa. Dan bentuk-bentuk tersebut pada dasarnya dapat dimasukkan ke dalam dua kategori umum yang secara ekstrem berlawanan, yaitu: kerumunan (crowd) dan publik.
Kerumunan (Crowd)
Sangatlah sukar untuk mengatakan bahwa, pengelompokan dan manusia hanyalah merupakan koleksi-koleksi dari manusia secara fisiknya, melainkan setiap manusia berkelompok selalu menunjukkan adanya ikatan-ikatan sosial. Mungkin mereka secara kebetulan berkumpul di suatu tempat tertentu dengan sendirinya masing-masing akan menyadari kehadiran orang lain dan akan memerhatikan orang lain, rnisalnya tentang bajunya, wajahnya dan sebagainya, sehingga akan menimbulkan interaksi-interaksi di antara mereka. Jadi, kelompok itu tidak hanya terjadi karena adanya interaksi saja melainkan juga karena adanya perhatian yang sama.
Karakteristik Kerumunan
Seperti halnya pada kelompok sosial yang teratur, pada kerumunan pun mempunyai karakteristik yang tersendiri, antara lain:
- Adanya kehadiran individu-individu secara fisik dan ukurannya, yaitu sejauh mata memandang dan telinga mendengarkan. Tanpa kehadiran individu secara fisik, maka tidak akan terjadi kerumunan, artinya kerumunan itu akan bubar apabila individu-individunya yang berkerumun itu membubarkan dirinya. Jadi, kerumunan itu tidak akan terjadi lama, oleh karenanya kerumunan itu merupakan suatu kelompok yang bersifat sementara.
- Merupakan kelompok yang tidak terorganisir, oleh karena itu tidak mempunyai pimpinan dan tidak mengenal pembagian kerja maupun sistem pelapisan dalam masyarakat.
Artinya:
- lnteraksinya tidak terkontrol, spontan, kabur tidak terduga sama sekali.
- Setiap individu yang hadir mempunyai kedudukan yang sama di dalam kerumunan.
Jadi identitas individu tidak tampak apabila seseorang (individu) yang bersangkutan ikut serta dalam kerumunan, artinya tiap individu tidak akan berbeda kedudukannya sebab kerumunan tidak mempunyai organisasi.
Timbulnya kerumunan menurut Mayor Polak adalah karena adanya minat, hasrat atau kepentingan bersama, dan di antara para anggotanya berkembang pengaruh dan seperti timbal balik yang kadang-kadang kuat tetapi tidak kekal serta tidak rasional.
Selanjutnya, Mayor Polak membedakan antara dua jenis kerumunan:
- Kerumunan yang menjadi aktif
- Kerumunan yang tinggal ekspresif
Pada kerumunan yang aktif timbulnya secara spontan bersifat emosional dan impulsif. Karena tidak adanya organisasi, maka tidak ada pembagian kerja serta aturan-aturan, maka kerumunan ini biasanya bersifat destruktif yang bertujuan merusak, sebab perbuatan merusak ini dapat melepaskan perasaan tidak puas, kemarahan, maupun kejengkelan yang pada masyarakat teratur perasaan-perasaan ini ditekan. Sehingga pada kerumunan ini memberikan kesempatan untuk melepaskan perasaan-perasaan tersebut. Kerumunan aktif ini pun dapat bersifat revolusioner ataupun reaksioner. Misalnya Pemberontakan Bastille dan Pembunuhan Massal. Dan kerumunan ini dapat menjalar luas karena adanya penularan-penularan sosial.
Perbedaan dengan kerumunan aktif, maka pada kerumunan ekspresif tidak mengenal pusat perhatian maupun tujuan yang sama, melainkan hanya mengenal emosi saja tanpa tujuan tertentu. Sehingga kerumunan ekspresif ini sifatnya tidak merusak, tapi hanya sekedar melepaskan ketegangan (emosi) saja. Misalnya: menangis, menanyi dan sebagainya yang dapat memberikan perasaan puas serta kebebasan dari rasa yang tegang.
Kerumuan ekspresif kadang-kadang dapat berubah menjadi kerumunan aktif, mislnya: penonton sepakbola, di mana penonton dapat mengeroyok wasit apabila wasit menjatuhkan keputusan yang tidak adil.
Pada umumnya kerumunan itu bersifat merusak dan hanya sedikit sekali yang dapat diarahkan pada tujuan-tujuan yang baik. Dan kerumunan itu biasanya timbul dan celah-celah organisasi sosial suatu masyarakat. Individu-individu yang tergabung dalam kerumunan berkumpulnya secara kebetulan pada suatu tempat dan waktu yang bersamaan karena ingin menggunakan fasilitas-fasilitas yang dalam memenuhi kepentingan pribadinya.
Khusus untuk kerumunan yang bersifat merusak untuk membubarkannya, yaitu dengan jalan mengalihkan pusat perhatian, serta menyadarkan kembali akan kedudukan dan peranan individu yang sesungguhnya. Bila hal ini tidak berhasil, maka diadakan tindakan kekerasan atau memecah belah pendapat umum dalam kerumunan, sehingga terjadi pertentangan di antara mereka yang tergabung dalam kerumunan.
Dan sifat-sifat kerumunan yang telah disebutkan di atas, maka nunan dapat dibedakan atas beberapa bentuk.
Bentuk-bentuk Kerumunan
Pada umumnya crowd merupakan gejala di sepanjang zaman dan bukan merupakan gejala spesifik zaman modern saja. Bahkan ada bentuk-bentuk kerumunan tertentu yang dianggap merupakan kebiasaan, sehingga tidak mendapat kecaman-kecaman atau dianggap merupakan penyimpangan suatu norma dalam masyarakat. Misalnya: teriakan-teriakan pada pertandingan sepak bola, festival musik, dan sebagainya. Adapun bentuk-bentuk daripada kerumunan antara lain:
A. Kerumunan yang berartikulasj dengan struktur sosial:
- Formal audiences: penonton-penonton bioskop, penonton-penonton olah raga, para pendengar khotbah keagamaan. Bentuk kerumunan ini mempunyai pusat perhatian yang sama serta tujuan-tujuan yang sama, akan tetapi sifatnya pasif.
- Planned expressive groups: kerumunan-kerumunan dansa, perjamuan, pesta para keagamaan. Dalam kerumunan ini pusat perhatian tak begitu dipentingkan, akan tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitasnya. Fungsinya untuk menyalurkan ketegangan-ketegangan yang dialami orang karena pekerjaan sehari-hari.
B. Casual Crowds atau kerumunan yang bersifat sementara:
- Inconvenient aggregation atau kumpulan yang kurang menyenangkan, merupakan kerumunan dari orang-orang yang ingin berusaha menggunakan fasilitas-fasilitas yang sama. Misalnya: orang-orang yang antri karcis, kelompok yang menunggu bus umum, atau sejumlah orang-orang yang terperangkap dalam kesibukan lalu lintas. Dalam kerumunan ini kehadiran orang-orang yang lain dianggap sebagai suatu halangan terhadap tercapainya tujuan seseorang dan akan berakibat terjadinya saling bermusuhan.
- Panic crowds atau kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik. Misalnya: orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri dari gedung yang sedang terbakar, dan bahaya banjir, dan bahaya perang, atau dan beberapa bencana yang lainnya. Dorongan individu-individu dalam kerumunan ini cenderung untuk mempertinggi rasa panik, menunjukkan suatu tanggapan yang bersifat irasional, dan menyebabkan suatu rintangan yang positif dan bahaya yang umum.
- Spectator crowds atau kerumunan penonton, merupakan kerumunan dan orang-orang yang ingin melihat suatu kejadian tertentu. Kerumunan ini sebenarnya hampir sama dengan formal audience hanya saja terjadinya tidak direncanakan dan pada umumnya kegiatan-kegiatannya tidak terkendalikan. Pusat perhatiannya adalah kejadian-kejadian yang bersifat eksidental.
D. Low less crowds atau kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum:
- Acting mobs, yaitu kerumunan yang bertindak secara emosional. Misalnya: pembunuhan yang dilakukan beramai-ramai, kelompok perampok, kerumunan-kerumunan pemberontak. Kerumunan ini bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuannya dengan jalan menunjukkan kekuatan-kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Pada umumnya, orang-orang bertindak secara emosional karena merasa tidak adanya keadilan.
- Immoral crowds atau kerumunan-kerumunan yang bersifat imoral. Misalnya:
perhimpunan-perhimpunan yang mengadakan pesta yang melampaui batas, orang-orang yang masuk, pesta-pesta yang menggemparkan, dan merusak. Tipe ini hampir sama dengan kelompok-kelompok yang ekspresif, akan tetapi bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Klasifikasi bentuk-bentuk kerumunan yang telah disebutkan di atas tidak lengkap dan sempurna. Kemungkinan pula bahwa suatu kerumunan mempunyai ciri-ciri dan beberapa bentuk kerumunan. Hanya saja yang terpenting kerumunan itu menunjukkan gejala-gejala umum, yaitu: interaksinya bersifat spontan, tidak terorganisasi, terjadi kontak-kontak fisik, bersifat sementara, dan yang tercermin dalam masyarakat manusia.
Publik
Berbeda dengan kerumunan, publik merupakan kelompok yang bukan kesatuan, karena individu-individu tidak pernah saling bertemu. Interaksinya bersifat tidak langsung melalui alat-alat media, misalnya melalui pembicaraan-pembicaraan pribadi yang berantai, melalui kabar angin, gosip, berita-berita, surat kabar, radio, film warta berita, televisi. Dengan adanya alat-alat media yang tersebut di atas, memungkinkan pengikutnya lebih luas dan banyak daripada kerumun karena banyaknya pengikut, maka tidak terdapat pusat perhatian yang tajam dan karenanya tidak ada kesatuan publik, ini merupakan suatu gejala zaman modern yang ditujukan pada persoalan-persoalan khusus, sehingga akan menimbulkan spesialisasi dan keahlian tentang suatu persoalan dan para peserta publik. Dengan adanya spesialisasi, maka sifat dan publik ini lebih kritis dan rasional.
Pada publik terdapat ciri-ciri, antara lain adanya minat, tujuan, kegemaran, dan kepentingan yang sama. Meskipun ada minat yang sama, tidak berarti bahwa pendapatnya harus sama, akan tetapi dapat juga berlawanan dalam menanggapi suatu persoalan, dengan kata lain ada yang pro ataupun kontra dalam menanggapi suatu persoalan tertentu. Pada waktu sekarang ini untuk kegiatan publik dalam masyarakat modern dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari yaitu disediakannya program-program, baik melalui radio maupun televisi ataupun juga rubrik-rubrik yang tersedia dalam surat kabar.
Setiap aksi daripada publik datangnya dan kegiatan individu, berarti bahwa individu-individu yang tergabung dalam publik masih menyadari akan statusnya dan masih mementingkan kepentingan-kepentingan pribadinya daripada mereka yang tergabung dalam kerumunan. Berarti pula bahwa tingkah laku pribadi individu dalam publik didasarkan pada tingkah laku atau perilaku individu. Untuk mengumpuIkan publik biasanya digunakan dengan cara-cara yang sesuai tradisi masyarakat ataupun menyiarkan berita-berita, baik yang benar maupun palsu.
Dalam suatu publik, anggotanya dibedakan atas 3 kelompok,
- Kelompok vested interest, yaitu kelompok yang merupakan sekumpulan orang-orang yang sudah mempunyai kedudukan-kedudukan tertentu dalam masyarakat dan biasanya bersifat pro, karena ingin mempertahankan keadaan yang sudah ada.
- Kelompok new comer, yaitu kelompok yang merupakan sekumpulan orang-orang yang ingin memperjuangkan kepentingan-kepentingan baru dan ingin pula berusaha merebut suatu kedudukan dalam masyarakat, oleh karenanya kelompok ini sifatnya kontra. Kedua kelompok di atas disebut kelompok-kelompok kepentingan atau interest group.
- Kelompok yang pasif, yaitu kelompok yang merupakan sekumpulan orang-orang yang hanya mempunyai minat saja, akan tetapi belum menentukan pendiriannya terhadap suatu persoalan. Dalam publik kelompok inilah merupakan kelompok yang terbesar dan dapat menentukan pendapat terakhir daripada publik, sehingga kelompok ini bertindak sebagai wasit. Oleh karena itulah, kedua kelompok yang telah disebut terdahulu berusaha untuk memengaruhi kelompok ini dengan berbagai cara misalnya dengan cara menggunakan propaganda atau penerangan yang bersifat berat sebelah.
Dalam suatu publik, persoalan-persoalan yang mengakibatkan adanya pro dan kontra tidak hanya didasarkan pada hal-hal yang emosional saja seperti pada kerumunan, melainkan lebih cenderung pada hal-hal yang bersifat rasional. Jadi, pendapat publik ini merupakan beberapa pendapat yang berlainan kemudian dikompromikan. Sehingga semua perdebatan yang terdapat pada suatu publik bertujuan, untuk mencapai suatu pendapat umum dan disebut dengan istilah public opinion, dan public opinion dapat tercapai dalam suasana yang demokratis, sehingga tercapai suatu kompromi di antara anggota-anggota publik.
Massa
Berbeda dengan Crowd, massa merupakan kumpulan orang banyak yang mempunyai kehendak atau pandangan yang sama, tapi tidak berkerumun pada suatu tempat tertentu dan mengikuti kejadian dan peristiwa yang penting dengan alat-alat komunikasi modern seperti halnya publik.
Karena tidak berkerumun, maka setiap individu yang tergabung dalam massa saling terpisah, sehingga tindakannya tidak bersifat spontan terhadap sugesti yang timbut dalam massa. Berhubung sifatnya tidak spontan, maka massa dapat lebih rasional dan masing-masing
individu menyadari akan dirinya dan kepentingannya. Bertemunya kentingan orang banyak dalam massa, karena adanya pengaruh kuat sekali yang berasal dan alat-alat komunikasi modern,
sehingga mengakibatkan dorongan pada individu untuk menyesuai dirinya dengan dunia yang lebih luas. Hanya saja penyesuaian dapat bersifat emosionat apabila setiap hari disiarkan hal-hal
yang sama dan mungkin juga menjadi fanatik terhadap persoalan yang sama, oleh karena itulah, maka massa dapat disesatkan oleh paganda.
Meskipun massa lebih rasional, akan tetapi kalau dibandingkan dengan publik, maka tingkat kecerdasannya lebih sederhana.
Menurut Leopold Von Wiese, massa dibedakan antara:
- Massa yang konkret.
- Massa yang abstrak.
Massa disebut massa yang konkret apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Adanya ikatan batin, karena adanya persamaan kehendak dan pandangan.
- Adanya persamaan norma-norma, karena orang-orang yang tergabung
dalam massa yang konkret ini mempunyai peraturan dan kebiasaan sendiri. Misalnya: massa parpol.
- Mempunyai struktur yang jelas. Seperti halnya massa parpol dengan sendirinya, maka sudah terbentuk struktur organisasi yang jelas sehingga mcngenal pimpinan dan pembagian kerja.
- Mempunyai potensi yang dinamis, sehingga dapat menimbulkan gerakan massa. Misalnya: gerakan buruh, gerakan pemuda.
Sebaliknya, massa yang abstrak adalah sekadar kumpulan manusia belum diikat oleh kesatuan norma, kesatuan emosionat, dan sebagainya meskipun mereka telah menjadi satu karena adanya dorongan massa yang abstrak merupakan embrio dari massa yang konkret akan tetapi tidak setamanya demikian tergantung dari situasi dan kondisi di mana massa itu terbentuk bisa juga massa abstrak itu kemudian bubar. Demikian juga halnya dengan massa yang konkret, dalam perkembangannya selalu mengalami kegagalan-kegagalan, sehingga anggotanya menjadi putus asa, dan tidak bersemangat lagi untuk berjuang dan akhirnya massa tersebut bubar
Kelompok-kelompok Sosial
Sumber : Siti Norma
(Buku Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Predana Media Group Jakarta, Bab 3 Hlm 23 – 42)
Telah diterangkan sebelumnya bahwa hidup manusia tergantung dengan manusia lainnya dalam memenuhi ketiga hajat hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya kelompok-kelompok sosial (social group) di dalam kehidupan manusia, karena manusia tidak dapat hidup secara mandiri. Kelompok-kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dan kumpulan individu-individu yang hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensif dan teratur, sehingga daripadanya diharapkan adanya pembagian tugas, struktur, serta norma-norma tertentu yang berlaku bagi mereka.
Dengan kata lain, setiap kumpulan individu tidak dapat disebut kelompok sosial selama belum memenuhi syarat-syarat seperti di bawah ini:
- Setiap individu harus merupakan bagian dan kesatuan sosial.
- Terdapat hubungan timbal balik di antara individu-individu yang tergabung dalam kelompok.
- Adanya faktor-faktor yang sama dan dapat mempererat hubungan mereka yang tergabung dalam kelompok. Faktor-faktor tersebut antara lain: nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, dan lain sebagainya.
- Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
- Bersistem dan berproses
Kelompok sosial yang paling sederhana, yaitu keluarga dan hampir
semua manusia pada mulanya menjadi anggota kelompok keluarga. Walaupun setiap saat para anggotanya menyebar, akan tetapi mereka pada saat-saat tertentu berkumpul kembali dan saling bertukar pengalaman, sehingga pada akhirnya dalam keluarga akan terjadi perubahan-perubahan. Oleh sebab itulah, maka kelompok-kelompok sosial itu akan mengalami perubahan-perubahan baik dalam bentuk maupun aktivitasnya. Mengenai pembagian kelompok sosial dapat dikiasifikasikan ke dalam beberapa tipe yang dapat ditinjau dan beberapa sudut atau berdasarkan atas pelbagai kriteria atau ukuran. Kelompok sosial pada dasarnya dapat dibedakan atas:
semua manusia pada mulanya menjadi anggota kelompok keluarga. Walaupun setiap saat para anggotanya menyebar, akan tetapi mereka pada saat-saat tertentu berkumpul kembali dan saling bertukar pengalaman, sehingga pada akhirnya dalam keluarga akan terjadi perubahan-perubahan. Oleh sebab itulah, maka kelompok-kelompok sosial itu akan mengalami perubahan-perubahan baik dalam bentuk maupun aktivitasnya. Mengenai pembagian kelompok sosial dapat dikiasifikasikan ke dalam beberapa tipe yang dapat ditinjau dan beberapa sudut atau berdasarkan atas pelbagai kriteria atau ukuran. Kelompok sosial pada dasarnya dapat dibedakan atas:
- Kelompok-kelompok sosial yang teratur
- Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur
Dan kedua kelompok tersebut di atas masih dibedakan lagi menjadi beberapa jenis. Untuk kelompok-ke1ompok sosial yang teratur dikenal beberapa bentuk antara lain:
- Yang berdasarkan atas besar kecilnya jumlah anggota kelompok dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu:
Kelompok primer (primary group)
Kelompok sekunder (secondary group)
- Yang berdasarkan atas derajat organisasinya dibedakan menjadi:
Kelompok formal (formal group)
Kelompok informal (informal group)
- Yang berdasarkan atas interaksinya dibedakan menjadi
Kelompok referensi (reference group)
Kelompok membership (membership group)
Sebenarnya untuk kelompok primer ini masih ada beberapa bentuk lagi, misalnya: in group, out group, gemeinschaft, dan sebagainya. Sedangkan untuk kelompok- kelompok sosial yang tidak teratur dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Kerumunan (crowd) dengan berbagai bentuknya
b. Publik
Perlu diketahui, bahwa bentuk-bentuk kelompok sosial yang telah disebutkan di atas merupakan bentuk kehidupan yang nyata dalam masyarakat.
KELOMPOK PRIMER DAN KELOMPOK SEKUNDER
Atas dasar besar kecilnya anggota kelompok, maka Charles Horton Cooley membedakan antara kelompok primer dengan kelompok sekunder. Menurut Cooley, kelompok ditandai dengan adanya hubungan yang erat di mana anggota-anggotaanya saling mengenal dan sering kali berkomunikasi secara langsung berhadapan muka (face to face) serta terdapat kerja sama yang bersifat pribadi atau adanya ikatan psychologisyang erat. Dan ikatan-ikatan psychologis dan hubungan yang bersifat pribadi inilah, maka akan terjadi peleburan- peleburan daripada individu-individu dalam satu kelompok, sehingga tujuan- tujuan individu menjadi juga tujuan kelompoknya.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, maka selanjutnya Cooley menerangkan kelompok primer berdasarkan atas 3 tinjauan sebagai berikut:
A. Kondisi-kondisi fisik kelompok primer
- Tidak cukup hanya hubungan saling mengenal saja, akan tetapi yang terpenting adalah bahwa anggota-anggota secara fisik harus saling berdekatan.
- Jumlah anggotanya harus kecil, agar supaya mereka dapat saling kenal dan saling bertemu muka.
- Hubungan antara anggota-anggota agak permanen.
B. Sifat-sifat hubungan primer
- Sifat utama hubungan primer, yaitu adanya kesamaan tujuan di antara para anggotanya yang berarti bahwa masing-masing individu mempunyai keinginan dan sikap yang sama dalam usahanya untuk mencapai tujuan, serta salah satu pihak harus rela berkorban demi untuk kepentingan pihak lainnya.
- Hubungan primer ini harus secara sukarela, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan tidak merasakan adanya penekanan-penekanan melainkan semua anggota akan merasakan adanya kebebasan.
- Hubungan primer bersifat dan juga inklusif, artinya hubungan yang diadakan itu harus melekat pada kepribadian seseorang dan tidak dapat digantikan oleh orang lain, dan bagi mereka yang mengadakan hubungan harus menyangkut segala kepribadiannya, misalnya perasaannya, sifat-siifatnya, dan sebagainya.
C. Kelompok-kelmpok yang konkret dan hubungan primer
Kelompok primer seperti yang digambarkan di atas kenyataannya tidak terdapat pada masyarakat, artinya tidak terdapat kelompok primer yang sempurna sesuai dengan syarat-syarat yang telah disebutkan diatas.
Bahkan dewasa ini kelompok primer di dalam masyarakat makin berkurang, akan tetapi apabila organisasinya makin besar, maka makin besar pula keperluan dan dorongan untuk mencari kelompok primer, agar supaya terdapat ikatan psychologis di antara para anggota. Biasanya ikatanpsychologis ini hanya pada orang-orang tertentu. misalnya antara atasan dan bawahan sesuai dengan paham paternalistis dalam masyarakat.
Selain hal-hal yang dikemukakan di atas, perlu pula ditambahkan bahwa kelompok primer ini dapat menguntungkan terhadap individu dan juga dapat membantu perkembangan individu. Adapun hal- hal yang menguntungkan terhadap individu dapatlah disebutkan sebagai berikut:
- Dapat menunjang sifat-sifat baik manusia serta memberikan kekuatan
dan dorongan kepada individu, sehingga dapat mengurangi sifat-sifat individu yang lemah. - Dapat mempertebal ketergantungan individu terhadap kelompoknya
- Semua hal didasarkan pada perasaan, artinya reaksi-reaksi yang - perlihatkan oleh masing-masing individu dalam kelompok didasark atas perasaan.
Sedangkan hal-hal yang dapat membantu kelompok sosial ini terhadap individu antara lain:
- Dapat memperbesar rasa loyalitas.
- Dapat memberikan pegangan pada individu, agar supaya tidak mengalami kebingungan dan frustrasi.
Jadi, kelompok primer mi sangat berguna sekali bagi individu baik dalam hal kepentingan maupun keamanan individu sehubungan dengan adanya hubungan yang erat di antara para anggotanya. Contohnya. keluarga, kelompok bermain, kelompok kerja, dan sebagainya.
Berbeda dengan kelompok primer, untuk kelompok sekunder Cooley tidak menyebutkan ciri-cirinya yang khas.
Hanya saja dapat dikatakan bahwa segala sesuatu yang telah
dikatakan pada kelompok primer, pada kelompok sekunder merupakan kebalikannya baik mengenai kondisi maupun sifat-sifatnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok primer mi mempunyai kondisi dan sifat-sifat sebagai berikut:
dikatakan pada kelompok primer, pada kelompok sekunder merupakan kebalikannya baik mengenai kondisi maupun sifat-sifatnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok primer mi mempunyai kondisi dan sifat-sifat sebagai berikut:
- Jumlah anggotanya banyak, sehingga anggotanya tidak saling mengenal.
- Hubungan renggang di mana anggotanya tidak perlu saling mengenal secara pribadi.
- Sifatnya tidak permanen.
- Hubung cenderung pada hubungan formil, karena sedikit sekali terdapat kontak di antara para anggotanya, dan baru terdapat kontak apabila ada kepentingan dan tujuan tertentu saja.
Dengan melihat ciri-ciri tersebut di atas, maka dapatlah disimpuan bahwa di antara para anggotanya tidak terdapat loyalitas terhadap kelompoknya sehingga tidak tercapai kesejahteraan bersama seperti dalam kelompok primer.
Begitu juga halnya dengan kelompok sekunder ini di samping ada faktor keuntungan (positif), juga ada faktor yang merugikan (negatif).
Karena hubungan renggang di antara para anggota, maka semuanya terutama keputusan-keputusan dapat bersifat objektif dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor pribadi, sedangkan faktor negatifnya, yaitu karena tidak adanya rasa loyalitas dan dedikasi terhadap kelompok maka tidak ada landasan yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bersama. Untuk lebih jelas agar mendapatkan gambaran perbedaan antara kelompok primer dan kelompok sekunder, maka Kingsley Davis dalam bukunya Human Society menggambarkan sebagai berikut:

Kelompok formal merupakan organisasi kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja dibuat oleh anggota-anggotanya untuk ditaati serta untuk mengatur hubungan
antar-anggotanya. Karena merupakan organisasi yang resmi, maka dengan sendirinya dikenal adanya struktur organisasinya, sehingga terdapat hierarki di antara anggota-anggota kelompok oleh karena terdapat pembatasan tugas dan wewenang. Dengan adanya peraturan yang tertulis, maka loyalitas anggota bukan pada kelompok melainkan pada peraturan.
antar-anggotanya. Karena merupakan organisasi yang resmi, maka dengan sendirinya dikenal adanya struktur organisasinya, sehingga terdapat hierarki di antara anggota-anggota kelompok oleh karena terdapat pembatasan tugas dan wewenang. Dengan adanya peraturan yang tertulis, maka loyalitas anggota bukan pada kelompok melainkan pada peraturan.
Adapun ciri-ciri dan interaksi daripada kelompok formal ini seperti pada kelompok sekunder. Contoh: PERSARI, PWI, KORPRI.
Sedangkan kelompok informal merupakan organisasi kelompok yang tidak resmi serta tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti, jadi kelompok ini tidak didukung oleh peraturan-peraturan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga secara tertulis. Biasanya kelompok ini dibentuk atas dasar pengalaman-pengalaman dan kepentingan-kepentingan yang sama dan para anggotanya.
Sifat interaksinya (hubungan timbal batik) berdasarkan saling mengerti yang lebih mendalam karena pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan yang sama.
Karena tidak mengenal peraturan tertulis, maka loyalitas anggota pada anggota kelompok yang lain besar sekali, di samping itu juga karena jumlah anggotanya sedikit, maka di antara para anggotanya dapat mengenal secara pribadi dan sering bertemu muka. Jadi, pada kelompok informal dapat dikatakan bahwa sifat-sifat dan ciri-cirinya hampir sama dengan kelompok primer. Contohnya: klien, kelompok arisan.
Untuk lebih jelas mengetahui perbedaan antara kelompok formal dengan kelompok informal dapat digambarkan seperti di bawah ini.

MEMBERSHIP GROUP DAN REFERENCE GROUP
Pembedaan kelompok sosial lainnya didasarkan pada derajat jnteraksinya ialah membership group dan reference group, dan yang mengemukakan ialah Robert K. Merton. Batas-batas yang dipakai untuk menentukan keanggotaan seseorang pada kelompok tidak dapat dilakukan secara mutlak, karena perubahan-perubahan keadaan akan memengaruhi derajat interaksi di dalam kelompok, sehingga adakalanya seorang anggota tidak begitu sering berkumpul dengan kelompoknya, walaupun secara resmi dia belum keluar dan kelompok bersangkutan. Membership group merupakan kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Ukuran utama bagi keanggotaan seseorang adalah interaksinya dengan kelompok sosial yang bersangkutan. Untuk membedakan secara tegas keanggotaan atas dasar derajat interaksi, maka membership group dibedakan lagi menjadi:
- Nominal group member
anggota yang masih berinteraksi dengan kelompok sosial yang bersangkutan, akan tetapi interaksinya dengan anggota lainnya berkurang.
- Perihal group member
Seorang anggota seolah-olah sudah tidak berhubungan dengan kelompok yang bersangkutan sehingga kelompok tidak mempunyai kekuasaan terhadap anggota tersebut.
Perbedaan derajat interaksi, dapat menimbulkan subgroup, karena orang-orang yang sering berinteraksi kemudian membentuk kelompok- kelompok sendiri, karena adanya faktor- faktor kepentingan yang sama, keanggotaan, serta nilai-nilai yang sama.
Reference group: merupakan kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Jadi, seseorang itu telah menyetujui norma-normanya, sikap-sikapnya dan tujuan dari kelompok tersebut, artinya bahwa dia senang kepada kerangka norma-norma, sikap-sikap, dan tujuan yang dimiliki oleh kelompok.
Contohnya:
Seseorang dan desa, di mana desa itu merupakan reference groupnya karena dia telah menyetujui kerangka norma- norma dan pedoman- pedoman hidup dari keluarganya yang ada di desa. Kemudian ia ingin melanjutkan sekolahnya di kota besar, di mana kota besar ini telah mempunyai kerangka pedornan-pedoman hidup yang berlainan, maka di sini ia masuk dalam kelompok membership group.
Jadi, norma-norma yang terdapat dalam membership groupnya berlainan dengan norma-norma dalam reference groupnya dan ia harus menyesuaikan diri dengan norma-norma kehidupan kota; dengan kata lain ia harus melepaskan reference groupnya yang lama dan pindah kereference group-nya yang baru.
Jadi, dan contoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang yang bukan anggota kelompok sosial yang bersangkutan, mengidentifikan dirinya dengan kelompok tersebut.
Contohnya
A dilahirkan dalam keluarga Batak kemudian ia masuk menjadi anggota perkumpulan marga Batak, karena dia telah menyetujui kerangka norma-norma dan pedoman-pedoman hidup yang ada dalam perkumpulan marga Batak tadi dan dianggapnya sama dengan norma-norma dan pedoman-pedoman hidup keluarganya.
Contohnya
A dilahirkan dalam keluarga Batak kemudian ia masuk menjadi anggota perkumpulan marga Batak, karena dia telah menyetujui kerangka norma-norma dan pedoman-pedoman hidup yang ada dalam perkumpulan marga Batak tadi dan dianggapnya sama dengan norma-norma dan pedoman-pedoman hidup keluarganya.
Dengan kata lain, maka keluarga merupakan reference group-nya dan perkumpulan marga Batak merupakan membership group-nya.
Di samping itu, A dapat juga masuk menjadi anggota dan KORPRI yang mana norma-norma dan pedoman-pedoman hidup dan kebanyakan anggotanya sangat berlainan dengan norma-norma keluarganya dan KORPRI di sini dapat menjadi membership group-nya.
Jadi, membership di sini dapat sama norma-norma dan pedoman pedoman hidupnya, tapi dapat juga berlainan.
Mengenai reference group ada 2 tipe:
- Tipe normatif, yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang. Contohnya Angkatan Bersenjata.
- Tipe perbandingan yang merupakan suatu pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya. Hal ini dipakai sebagai perbandingan untuk memberikan kedudukan seseorang.
Seperti telah diterangkan sebelumnya, bahwa untuk kelompok sosial yang teratur selain yang telah disebutkan bentuk-bentuk kelompok sosial di atas, masih dikenal beberapa bentuk lainnya, dua di antaranya ialah:
- Yang berdasarkan kepentingan dan wilayah dibedakan antara Gemeinschaft dengan Gesellschaft.
- Yang berdasarkan berlangsungnya suatu kepentingan, dibedakan antara in group dengan out group.
GEMEINSCHSFT DAN GESELLSCHSFT
Bentuk-bentuk kelompok sosial ini merupakan pendapat dari Ferdinand Tonnies, dalam bukunya Gemeinschaft dan Gesellschaft. Pekan ini merupakan semua hubungan manusia yang didasarkan atas Wesonwillo atau Kurwillo manusia. Wesonwillo menurut Tonnies merupakan bentuk-bentuk kehendak, baik dalam arti positif maupun negatif, yang berakar pada manusia dan diperkuat oleh pemakaian serta disempurnakan oleh agama dan kepercayaan. Jadi, Wesonwillo itu sudah merupakan kodrat manusia yang timbul dan keseluruhan kehidupan alami. SedangkanKurwillo merupakan bentuk-bentuk kehendak yang mendasarkan pada akal manusia yang ditujukan pada tujuan-tujuan tertentu dan sifatnya rasional dengan menggunakan alat-alat dan unsur-unsur kehidupan lainnya.
Dengan kata lain, pada satu pihak kehendak dan perbuatan yang irasional berdasarkan perasaan sedangkan di pihak lain kehendak dan perbuatan yang rasional yang ditujukan kepada alat atau alat-alat yang sering kali bertentangan dengan perasaan.
Dalam wujudnya yang elementer, Wesonwillo artinya tidak lain daripada suatu kehendak dan perbuatan yang langsung, jadi di samping perbuatan yang bernafsu termasuk juga perbuatan dan kehendak yang naif. Sebaliknya, Kurwillo dapat diketahui terutama karena adanya kesadaran. Maka, dari segala macam ikatan sosial yang kuat dipengaruhi oleh Wesonwillo disebut Gemeinschaft, dan sebaliknya yang dibentuk oleh atau sebagian besar ditentukan oleh Kurwillo disebut Gesellschaft. Oleh karena itulah, hubungan-hubungan positif antara manusia yang satu dengan yang lainnya selalu bersifat Gemeinschaft dan Gesellschaft.
Dan uraian di atas, maka dapatlah diterangkan bahwa Gemeinschaft merupakan bentuk kehidupan bersama, di mana antar aggotanya mempunyai hubungan batin murni yang sifatnya alamiah dan kekal. Dasar hubungannya, yaitu rasa cinta dan persatuan batin yang nyata dan organis. Bentuk ini dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat desa, keluarga, kerabat, dan sebagainya. Sebaliknya, Gesellschaft merupakan bentuk kehidupan bersama di mana para anggotanya rnempunyai hubungan yang bersifat pamrih dan dalam jangka waktu yang pendek, serta bersifat mekanis.
Bentuk ini dapat ditemukan dalam perhubungan perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik.
Pada dasarnya pandangan Tonnies, menurut Soerjono Soekanto dapat dibandingkan dengan pandangan dan Emile Durkheim yang mendasarkan diri pada pembagian kerja dalam masyarakat.
Pada dasarnya pandangan Tonnies, menurut Soerjono Soekanto dapat dibandingkan dengan pandangan dan Emile Durkheim yang mendasarkan diri pada pembagian kerja dalam masyarakat.
Pada masyarakat desa yang bersifat Gemeinschaft, pada umumnya spesialisasi individu tidak menonjol, sehingga kedudukan individual tidak begitu penting. Sehingga apabila salah seorang
anggota dikeluarkan, maka tidak begitu terasakan oleh anggota lainnya, berarti bahwa kedudukan masyarakat lebih penting daripada kedudukan individu, sehingga strukturnya di sini disebut mekanis.
anggota dikeluarkan, maka tidak begitu terasakan oleh anggota lainnya, berarti bahwa kedudukan masyarakat lebih penting daripada kedudukan individu, sehingga strukturnya di sini disebut mekanis.
Sebaliknya, pada masyarakat yang bersifat kompleks Gesellschaft di mana sudah ada spesialisasi di antara para anggotanya, sehingga tidak dapat hidup secara tersendiri atau dapat terpisahkan, sehingga merupakan suatu kesatuan organisme, oleh karenanya strukturnya merupakan struktur yang organis.
Begitu juga halnya dengan Cooley terhadap kelompok primernya, maka Tonnies memandang Gemeinschaft adalah sangat ideal kalau diterapkan pada masyarakat yang mempunyai sifat-sifat seperti yang dikemukakan oleh Tonnjes pada masyarakat yang masih sangat sederhana
Selanjutnya Tonnjes membedakan Gemeinschaft menjadi 3 jenis yaitu:
Selanjutnya Tonnjes membedakan Gemeinschaft menjadi 3 jenis yaitu:
- Gemeinschaft by blood, yajtu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ikatan darah atau keturunan. Di dalam Pertumbuhannyamasyarakat Yang semacam ini makin lama makin menipis. Contoh: Kekerabatan masyarakat-masyarakat yang terdapat di Yogyakarta, Solo, dan sebagainya.
- Gemeinschaft of Place (locality), yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling berdekatan sehingga dimungkinkan untuk dapatnya saling menolong. Contoh: RT dan RW.
- Gemeinschaft of mind, yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ideologi atau pikiran yang sama.
Dan ketiga bentuk ini dapat ditemui pada masyarakat baik di kota maupun di desa.
IN GROUP DAN OUT GROUP
Bentuk kelompok sosial mendasarkan pada kepentingan, dan seseorang mengidentifikasikan dirinya apakah termasuk in group maupun out grouptergantung pada situasi-situasi sosial tertentu serta sikap perasaannya.
Sikap in group biasanya menunjukkan adanya faktor simpati dan perasaan yang dekat di antara anggota-anggota kelompoknya Sebaliknya sikapout group menunju adanya faktor antipati dengan anggota kelompok lainnya.
Sikap perasaan terhadap anggota in group adalah sikap perasaan terhadap orang dalam sedangkan sikap perasaan out group adalah sikap perasaan terhadap semua orang termasuk orang luaran.
Perasaan in group terhadap orang dapat bervariasi dan sikap ramah tamah dan good will sampai menjadi solidaritas mati-matian. Begitu juga halnya sikap “out group” dapat berubah dari sikap menyisihkan orang lain sampai sikap bermusuhan.
KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL TIDAK TERATUR
Pada dasarnya kelompok-kelompok sosial ini sering kali terjadi pada kehidupan sosial di dalam masyarakat dalam bentuk-bentuk: kerumunan-kerumunan publik, rakyat, dan massa. Dan bentuk-bentuk tersebut pada dasarnya dapat dimasukkan ke dalam dua kategori umum yang secara ekstrem berlawanan, yaitu: kerumunan (crowd) dan publik.
Kerumunan (Crowd)
Sangatlah sukar untuk mengatakan bahwa, pengelompokan dan manusia hanyalah merupakan koleksi-koleksi dari manusia secara fisiknya, melainkan setiap manusia berkelompok selalu menunjukkan adanya ikatan-ikatan sosial. Mungkin mereka secara kebetulan berkumpul di suatu tempat tertentu dengan sendirinya masing-masing akan menyadari kehadiran orang lain dan akan memerhatikan orang lain, rnisalnya tentang bajunya, wajahnya dan sebagainya, sehingga akan menimbulkan interaksi-interaksi di antara mereka. Jadi, kelompok itu tidak hanya terjadi karena adanya interaksi saja melainkan juga karena adanya perhatian yang sama.
Karakteristik Kerumunan
Seperti halnya pada kelompok sosial yang teratur, pada kerumunan pun mempunyai karakteristik yang tersendiri, antara lain:
- Adanya kehadiran individu-individu secara fisik dan ukurannya, yaitu sejauh mata memandang dan telinga mendengarkan. Tanpa kehadiran individu secara fisik, maka tidak akan terjadi kerumunan, artinya kerumunan itu akan bubar apabila individu-individunya yang berkerumun itu membubarkan dirinya. Jadi, kerumunan itu tidak akan terjadi lama, oleh karenanya kerumunan itu merupakan suatu kelompok yang bersifat sementara.
- Merupakan kelompok yang tidak terorganisir, oleh karena itu tidak mempunyai pimpinan dan tidak mengenal pembagian kerja maupun sistem pelapisan dalam masyarakat.
Artinya:- lnteraksinya tidak terkontrol, spontan, kabur tidak terduga sama sekali.
- Setiap individu yang hadir mempunyai kedudukan yang sama di dalam kerumunan.
Jadi identitas individu tidak tampak apabila seseorang (individu) yang bersangkutan ikut serta dalam kerumunan, artinya tiap individu tidak akan berbeda kedudukannya sebab kerumunan tidak mempunyai organisasi.
Timbulnya kerumunan menurut Mayor Polak adalah karena adanya minat, hasrat atau kepentingan bersama, dan di antara para anggotanya berkembang pengaruh dan seperti timbal balik yang kadang-kadang kuat tetapi tidak kekal serta tidak rasional.
Selanjutnya, Mayor Polak membedakan antara dua jenis kerumunan:
- Kerumunan yang menjadi aktif
- Kerumunan yang tinggal ekspresif
Pada kerumunan yang aktif timbulnya secara spontan bersifat emosional dan impulsif. Karena tidak adanya organisasi, maka tidak ada pembagian kerja serta aturan-aturan, maka kerumunan ini biasanya bersifat destruktif yang bertujuan merusak, sebab perbuatan merusak ini dapat melepaskan perasaan tidak puas, kemarahan, maupun kejengkelan yang pada masyarakat teratur perasaan-perasaan ini ditekan. Sehingga pada kerumunan ini memberikan kesempatan untuk melepaskan perasaan-perasaan tersebut. Kerumunan aktif ini pun dapat bersifat revolusioner ataupun reaksioner. Misalnya Pemberontakan Bastille dan Pembunuhan Massal. Dan kerumunan ini dapat menjalar luas karena adanya penularan-penularan sosial.
Perbedaan dengan kerumunan aktif, maka pada kerumunan ekspresif tidak mengenal pusat perhatian maupun tujuan yang sama, melainkan hanya mengenal emosi saja tanpa tujuan tertentu. Sehingga kerumunan ekspresif ini sifatnya tidak merusak, tapi hanya sekedar melepaskan ketegangan (emosi) saja. Misalnya: menangis, menanyi dan sebagainya yang dapat memberikan perasaan puas serta kebebasan dari rasa yang tegang.
Kerumuan ekspresif kadang-kadang dapat berubah menjadi kerumunan aktif, mislnya: penonton sepakbola, di mana penonton dapat mengeroyok wasit apabila wasit menjatuhkan keputusan yang tidak adil.
Pada umumnya kerumunan itu bersifat merusak dan hanya sedikit sekali yang dapat diarahkan pada tujuan-tujuan yang baik. Dan kerumunan itu biasanya timbul dan celah-celah organisasi sosial suatu masyarakat. Individu-individu yang tergabung dalam kerumunan berkumpulnya secara kebetulan pada suatu tempat dan waktu yang bersamaan karena ingin menggunakan fasilitas-fasilitas yang dalam memenuhi kepentingan pribadinya.
Khusus untuk kerumunan yang bersifat merusak untuk membubarkannya, yaitu dengan jalan mengalihkan pusat perhatian, serta menyadarkan kembali akan kedudukan dan peranan individu yang sesungguhnya. Bila hal ini tidak berhasil, maka diadakan tindakan kekerasan atau memecah belah pendapat umum dalam kerumunan, sehingga terjadi pertentangan di antara mereka yang tergabung dalam kerumunan.
Dan sifat-sifat kerumunan yang telah disebutkan di atas, maka nunan dapat dibedakan atas beberapa bentuk.
Bentuk-bentuk Kerumunan
Pada umumnya crowd merupakan gejala di sepanjang zaman dan bukan merupakan gejala spesifik zaman modern saja. Bahkan ada bentuk-bentuk kerumunan tertentu yang dianggap merupakan kebiasaan, sehingga tidak mendapat kecaman-kecaman atau dianggap merupakan penyimpangan suatu norma dalam masyarakat. Misalnya: teriakan-teriakan pada pertandingan sepak bola, festival musik, dan sebagainya. Adapun bentuk-bentuk daripada kerumunan antara lain:
A. Kerumunan yang berartikulasj dengan struktur sosial:
- Formal audiences: penonton-penonton bioskop, penonton-penonton olah raga, para pendengar khotbah keagamaan. Bentuk kerumunan ini mempunyai pusat perhatian yang sama serta tujuan-tujuan yang sama, akan tetapi sifatnya pasif.
- Planned expressive groups: kerumunan-kerumunan dansa, perjamuan, pesta para keagamaan. Dalam kerumunan ini pusat perhatian tak begitu dipentingkan, akan tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitasnya. Fungsinya untuk menyalurkan ketegangan-ketegangan yang dialami orang karena pekerjaan sehari-hari.
B. Casual Crowds atau kerumunan yang bersifat sementara:
- Inconvenient aggregation atau kumpulan yang kurang menyenangkan, merupakan kerumunan dari orang-orang yang ingin berusaha menggunakan fasilitas-fasilitas yang sama. Misalnya: orang-orang yang antri karcis, kelompok yang menunggu bus umum, atau sejumlah orang-orang yang terperangkap dalam kesibukan lalu lintas. Dalam kerumunan ini kehadiran orang-orang yang lain dianggap sebagai suatu halangan terhadap tercapainya tujuan seseorang dan akan berakibat terjadinya saling bermusuhan.
- Panic crowds atau kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik. Misalnya: orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri dari gedung yang sedang terbakar, dan bahaya banjir, dan bahaya perang, atau dan beberapa bencana yang lainnya. Dorongan individu-individu dalam kerumunan ini cenderung untuk mempertinggi rasa panik, menunjukkan suatu tanggapan yang bersifat irasional, dan menyebabkan suatu rintangan yang positif dan bahaya yang umum.
- Spectator crowds atau kerumunan penonton, merupakan kerumunan dan orang-orang yang ingin melihat suatu kejadian tertentu. Kerumunan ini sebenarnya hampir sama dengan formal audience hanya saja terjadinya tidak direncanakan dan pada umumnya kegiatan-kegiatannya tidak terkendalikan. Pusat perhatiannya adalah kejadian-kejadian yang bersifat eksidental.
D. Low less crowds atau kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum:
- Acting mobs, yaitu kerumunan yang bertindak secara emosional. Misalnya: pembunuhan yang dilakukan beramai-ramai, kelompok perampok, kerumunan-kerumunan pemberontak. Kerumunan ini bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuannya dengan jalan menunjukkan kekuatan-kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Pada umumnya, orang-orang bertindak secara emosional karena merasa tidak adanya keadilan.
- Immoral crowds atau kerumunan-kerumunan yang bersifat imoral. Misalnya:
perhimpunan-perhimpunan yang mengadakan pesta yang melampaui batas, orang-orang yang masuk, pesta-pesta yang menggemparkan, dan merusak. Tipe ini hampir sama dengan kelompok-kelompok yang ekspresif, akan tetapi bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Klasifikasi bentuk-bentuk kerumunan yang telah disebutkan di atas tidak lengkap dan sempurna. Kemungkinan pula bahwa suatu kerumunan mempunyai ciri-ciri dan beberapa bentuk kerumunan. Hanya saja yang terpenting kerumunan itu menunjukkan gejala-gejala umum, yaitu: interaksinya bersifat spontan, tidak terorganisasi, terjadi kontak-kontak fisik, bersifat sementara, dan yang tercermin dalam masyarakat manusia.
Publik
Berbeda dengan kerumunan, publik merupakan kelompok yang bukan kesatuan, karena individu-individu tidak pernah saling bertemu. Interaksinya bersifat tidak langsung melalui alat-alat media, misalnya melalui pembicaraan-pembicaraan pribadi yang berantai, melalui kabar angin, gosip, berita-berita, surat kabar, radio, film warta berita, televisi. Dengan adanya alat-alat media yang tersebut di atas, memungkinkan pengikutnya lebih luas dan banyak daripada kerumun karena banyaknya pengikut, maka tidak terdapat pusat perhatian yang tajam dan karenanya tidak ada kesatuan publik, ini merupakan suatu gejala zaman modern yang ditujukan pada persoalan-persoalan khusus, sehingga akan menimbulkan spesialisasi dan keahlian tentang suatu persoalan dan para peserta publik. Dengan adanya spesialisasi, maka sifat dan publik ini lebih kritis dan rasional.
Berbeda dengan kerumunan, publik merupakan kelompok yang bukan kesatuan, karena individu-individu tidak pernah saling bertemu. Interaksinya bersifat tidak langsung melalui alat-alat media, misalnya melalui pembicaraan-pembicaraan pribadi yang berantai, melalui kabar angin, gosip, berita-berita, surat kabar, radio, film warta berita, televisi. Dengan adanya alat-alat media yang tersebut di atas, memungkinkan pengikutnya lebih luas dan banyak daripada kerumun karena banyaknya pengikut, maka tidak terdapat pusat perhatian yang tajam dan karenanya tidak ada kesatuan publik, ini merupakan suatu gejala zaman modern yang ditujukan pada persoalan-persoalan khusus, sehingga akan menimbulkan spesialisasi dan keahlian tentang suatu persoalan dan para peserta publik. Dengan adanya spesialisasi, maka sifat dan publik ini lebih kritis dan rasional.
Pada publik terdapat ciri-ciri, antara lain adanya minat, tujuan, kegemaran, dan kepentingan yang sama. Meskipun ada minat yang sama, tidak berarti bahwa pendapatnya harus sama, akan tetapi dapat juga berlawanan dalam menanggapi suatu persoalan, dengan kata lain ada yang pro ataupun kontra dalam menanggapi suatu persoalan tertentu. Pada waktu sekarang ini untuk kegiatan publik dalam masyarakat modern dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari yaitu disediakannya program-program, baik melalui radio maupun televisi ataupun juga rubrik-rubrik yang tersedia dalam surat kabar.
Setiap aksi daripada publik datangnya dan kegiatan individu, berarti bahwa individu-individu yang tergabung dalam publik masih menyadari akan statusnya dan masih mementingkan kepentingan-kepentingan pribadinya daripada mereka yang tergabung dalam kerumunan. Berarti pula bahwa tingkah laku pribadi individu dalam publik didasarkan pada tingkah laku atau perilaku individu. Untuk mengumpuIkan publik biasanya digunakan dengan cara-cara yang sesuai tradisi masyarakat ataupun menyiarkan berita-berita, baik yang benar maupun palsu.
Dalam suatu publik, anggotanya dibedakan atas 3 kelompok,
Dalam suatu publik, anggotanya dibedakan atas 3 kelompok,
- Kelompok vested interest, yaitu kelompok yang merupakan sekumpulan orang-orang yang sudah mempunyai kedudukan-kedudukan tertentu dalam masyarakat dan biasanya bersifat pro, karena ingin mempertahankan keadaan yang sudah ada.
- Kelompok new comer, yaitu kelompok yang merupakan sekumpulan orang-orang yang ingin memperjuangkan kepentingan-kepentingan baru dan ingin pula berusaha merebut suatu kedudukan dalam masyarakat, oleh karenanya kelompok ini sifatnya kontra. Kedua kelompok di atas disebut kelompok-kelompok kepentingan atau interest group.
- Kelompok yang pasif, yaitu kelompok yang merupakan sekumpulan orang-orang yang hanya mempunyai minat saja, akan tetapi belum menentukan pendiriannya terhadap suatu persoalan. Dalam publik kelompok inilah merupakan kelompok yang terbesar dan dapat menentukan pendapat terakhir daripada publik, sehingga kelompok ini bertindak sebagai wasit. Oleh karena itulah, kedua kelompok yang telah disebut terdahulu berusaha untuk memengaruhi kelompok ini dengan berbagai cara misalnya dengan cara menggunakan propaganda atau penerangan yang bersifat berat sebelah.
Dalam suatu publik, persoalan-persoalan yang mengakibatkan adanya pro dan kontra tidak hanya didasarkan pada hal-hal yang emosional saja seperti pada kerumunan, melainkan lebih cenderung pada hal-hal yang bersifat rasional. Jadi, pendapat publik ini merupakan beberapa pendapat yang berlainan kemudian dikompromikan. Sehingga semua perdebatan yang terdapat pada suatu publik bertujuan, untuk mencapai suatu pendapat umum dan disebut dengan istilah public opinion, dan public opinion dapat tercapai dalam suasana yang demokratis, sehingga tercapai suatu kompromi di antara anggota-anggota publik.
Massa
Berbeda dengan Crowd, massa merupakan kumpulan orang banyak yang mempunyai kehendak atau pandangan yang sama, tapi tidak berkerumun pada suatu tempat tertentu dan mengikuti kejadian dan peristiwa yang penting dengan alat-alat komunikasi modern seperti halnya publik.
Berbeda dengan Crowd, massa merupakan kumpulan orang banyak yang mempunyai kehendak atau pandangan yang sama, tapi tidak berkerumun pada suatu tempat tertentu dan mengikuti kejadian dan peristiwa yang penting dengan alat-alat komunikasi modern seperti halnya publik.
Karena tidak berkerumun, maka setiap individu yang tergabung dalam massa saling terpisah, sehingga tindakannya tidak bersifat spontan terhadap sugesti yang timbut dalam massa. Berhubung sifatnya tidak spontan, maka massa dapat lebih rasional dan masing-masing
individu menyadari akan dirinya dan kepentingannya. Bertemunya kentingan orang banyak dalam massa, karena adanya pengaruh kuat sekali yang berasal dan alat-alat komunikasi modern,
sehingga mengakibatkan dorongan pada individu untuk menyesuai dirinya dengan dunia yang lebih luas. Hanya saja penyesuaian dapat bersifat emosionat apabila setiap hari disiarkan hal-hal
yang sama dan mungkin juga menjadi fanatik terhadap persoalan yang sama, oleh karena itulah, maka massa dapat disesatkan oleh paganda.
individu menyadari akan dirinya dan kepentingannya. Bertemunya kentingan orang banyak dalam massa, karena adanya pengaruh kuat sekali yang berasal dan alat-alat komunikasi modern,
sehingga mengakibatkan dorongan pada individu untuk menyesuai dirinya dengan dunia yang lebih luas. Hanya saja penyesuaian dapat bersifat emosionat apabila setiap hari disiarkan hal-hal
yang sama dan mungkin juga menjadi fanatik terhadap persoalan yang sama, oleh karena itulah, maka massa dapat disesatkan oleh paganda.
Meskipun massa lebih rasional, akan tetapi kalau dibandingkan dengan publik, maka tingkat kecerdasannya lebih sederhana.
Menurut Leopold Von Wiese, massa dibedakan antara:
- Massa yang konkret.
- Massa yang abstrak.
Massa disebut massa yang konkret apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Adanya ikatan batin, karena adanya persamaan kehendak dan pandangan.
- Adanya persamaan norma-norma, karena orang-orang yang tergabung
dalam massa yang konkret ini mempunyai peraturan dan kebiasaan sendiri. Misalnya: massa parpol. - Mempunyai struktur yang jelas. Seperti halnya massa parpol dengan sendirinya, maka sudah terbentuk struktur organisasi yang jelas sehingga mcngenal pimpinan dan pembagian kerja.
- Mempunyai potensi yang dinamis, sehingga dapat menimbulkan gerakan massa. Misalnya: gerakan buruh, gerakan pemuda.
Sebaliknya, massa yang abstrak adalah sekadar kumpulan manusia belum diikat oleh kesatuan norma, kesatuan emosionat, dan sebagainya meskipun mereka telah menjadi satu karena adanya dorongan massa yang abstrak merupakan embrio dari massa yang konkret akan tetapi tidak setamanya demikian tergantung dari situasi dan kondisi di mana massa itu terbentuk bisa juga massa abstrak itu kemudian bubar. Demikian juga halnya dengan massa yang konkret, dalam perkembangannya selalu mengalami kegagalan-kegagalan, sehingga anggotanya menjadi putus asa, dan tidak bersemangat lagi untuk berjuang dan akhirnya massa tersebut bubar
Tentang Saya
Powered by Blogger.